Kamis, 18 Desember 2014

Roadshow Peluncuran A Kara-Venturous Novel Traveling with “Brad Pitt”


@POST_Santa, Pasar Santa, Jakarta Selatan

A Kara-Venturous Novel Traveling with “Brad Pitt” melakukan serangkaian roadshow dalam rangka peluncuran buku di Pizza Express – Kota Kasablanka, Jakarta Selatan  pada 26 November 2014 yang dihadiri oleh media travel dan travel blogger. Dalam acara konferensi press tersebut dibagikan 5 novel dan 5 voucher Pizza Express secara gratis bagi para undangan yang berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan oleh MC.

Let's share about backpacking experience

Untuk yang kedua kalinya, peluncuran novel semi fiksi yang menceritakan tentang keindahan berbagai tempat di Indonesia yang dikunjungi oleh Kara ini diadakan di POST Santa, Pasar Santa, Jakarta Selatan pada 14 Desember yang lalu. Acara yang memiliki tema “Let’s share about backpacking experience” ini dihadiri oleh pecinta buku dan travel lovers. 2 novel dan 3 adventure caps juga dibagikan kepada peserta yang membagikan keseruan pengalamannya selama ber-backpacking.



Novel yang rencananya akan dibuat seri ini juga akan melanjutkan roadshow nya pada bulan Januari 2015 ke kota yang terkenal dengan gudegnya  untuk talkshow di Radio Buku. Beberapa novel dipastikan akan dibagikan secara gratis selama acara berlangsung khusus untuk warga Daerah Istimewa Yogyakarta.  Are you ready Jogja?! :) 


Selain di @warungarsip novel semi fiksi ini juga bisa dipesan di tautan ini.



Saling berbagi cerita seru tentang pengalaman  traveling

Salah satu Travel Lovers yang berbagi pengalaman backpacking

A Kara-Venturous Novel was @Pasar_Santa, Pasar Santa, Jakarta Selatan

Orang-orang hebat di balik kegiatan roadshow A Kara-Venturous Novel, love you Guys! ;)


Surprised dari Mba Sasty Emanuella dan Mas @jerryaurum :)


Senin, 15 Desember 2014

Also Published On...


Click here @InfoJakarta for further detail


Another online media @twmnewsonline





Last but not least also click  here @TravelText

Konferensi Press dan Peluncuran A Kara-Venturous Novel Traveling with “Brad Pitt”


Press Conference & Book Launch A Kara-Venturous Novel 

Nulisbuku.com sebagai sebuah perusahaan jasa layanan penerbitan mandiri (online self-publishing print on demand) kembali menerbitkan sebuah novel yang berjudul “A Kara-Venturous Novel Taveling with Brad Pitt”.


Novel dan Adventure Cap of A Kara-Venturous Novel
Novel yang ditulis oleh Aliyah Dewi ini menceritakan tentang keindahan berbagai tempat di Indonesia yang dikunjungi oleh Kara. Dia merupakan tokoh utama dalam novel ini yang berprofesi sebagai seorang Humas di salah satu perusahaan terkenal di Jakarta yang memiliki hobi backpacking. Sangat unik, karena antara hobi dan profesi sangat bertolak belakang. Selain dapat mengetahui keseimbangan dalam menjalani dua dunia yang berbeda tersebut, juga dapat ditemukan berbagai info dan tips untuk ber-bacpakcing yang terselip di balik cerita yang cukup membuat tersenyum lebar para pembacanya. Novel yang rencananya akan dibuat seri ini dapat dipesan secara online di sini. Bagi yang ingin mendapatkan novel secara gratis, maka dapat menghadiri acara roadshow launching yang segera akan diadakan dalam waktu dekat.

Launching tengah berlangsung
Peluncuran novel semi fiksi tersebut diadakan di Pizza Express – Kota Kasablanka, Jakarta Selatan pada hari Rabu, 26 November 2014, pukul 15.00-16.30 WIB yang dihadiri oleh beberapa media travel dan travel blogger. Selain diskusi ringan mengenai isi buku, juga dibagikan 5 novel dan 5 voucher Pizza Express secara cuma-cuma bagi para media travel & travel blogger yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh MC.

“Tujuan dari berlibur adalah untuk relaksasi, menyatukan diri dan menikmati keindahan alam, menikmati fasilitas yang belum ada di kota atau negara tempat tinggal, menikmati wisata kuliner, atau bahkan dengan tujuan rohani”. Demikian ungkap Aliyah Dewi, penulis A Kara-Venturous Novel.



Berpose bersama pemenang A Kara-Venturous Novel



With team





Rabu, 15 Oktober 2014

Kapal Berlabuh di Atap Rumah?

Akhirnya ketemu juga ini kapal yang gue cari-cari
Setelah gue berhasil menginjakkan kaki dan berselfie ria di ujung paling barat Indonesia, akhirnya gue balik lagi ke Banda Aceh sebelum melanjutkan perjalanan ke Medan. Di Banda Aceh ini gue masih penasaran sama yang namanya kapal di atap rumah. Kapal di atap rumah? Kaya di film-film kartun aja. Tapi yang ini ada beneran lho. Iya, Kapal Lampulo namanya.

Kapal Lampulo ini berhasil mendaratkan diri di atap rumah salah satu rumah penduduk di Kampong Lampulo karena terbawa ombak akibat tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 yang lalu. Dinamakan Lampulo karena berada di Kampong Lampulo.  

Untuk dapat melihat secara langsung kapal di atap rumah yang berlokasi di Jalan Tanjung, Kampung Lampulo, Kecamatan Kuta Alam – Banda Aceh ini bisa menggunakan becak motor (bentor) dari terminal bus ataupun di Pasar Aceh. Untuk angkutan umum (baca: Labi-labi) tidak melintasi daerah tersebut. Atau kalau tidak mau repot dari bandara langsung ambil taksi aja and bilang ke sopirnya untuk anterin ke Kapal Lampulo.

Tapi berhubung gue ceritanya masih nebeng temen yang lagi tugas di Aceh, jadinya gue and temen gue dianterin pake mobil kantornya dia. Gue tinggal duduk manis di mobil, eh tau-tau udah nyampe :D Trus kok lo tau harus naik bentor ke Kapal Lampulo Dew? Iya, itu dikasih tau sama orang kantornya temen gue, makanya gue bisa sharing di sini ;) 

Jumat, 10 Oktober 2014

Nyungsep di Ujung Paling Barat Indonesia



Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia
Indonesia tanah airku
Aku berjanji padamu
Menjunjung tanah airku
Tanah airku Indonesia

Gue masih SD dulu nyanyiin lagu ini tanpa ngerti maksud liriknya sama sekali, sampe akhirnya gue dapat pelajaran geografi baru gue ngerti dikit kalo Sabang itu di Aceh. Dan rasanya gimana gitu, setelah segede ini gue bisa ngerasain berada di ujung paling barat Indonesia.

Eit, sebelum gue kasih foto-foto gue selama berada di sana, gue cerita dulu ya gimana gue bisa akhirnya nyebrang dari Banda Aceh ke Pulau Weh/ Sabang ini.


Papan nama Pelabuhan Bebas Sabang, tapi lebih dikenal dengan Balohan
Akhirnya mendarat juga gue di Pelabuhan Balohan setelah sejam empat puluh lima menit berada di kapal. Gue and temen gue langsung tancap gas menuju ke Pulau Iboih, dapat info selama di Pelabuhan Ulee Lheue kalo pulau itu bagus banget and banyak penginapan yang sesuai dengan kantong backpackers.

Gue and temen gue pede aja ngendarain motor untuk menuju ke Pulau Iboih, kita ngikutin feeling aja untuk mencapai pulau yang kita cari. Gue sih nyantai aja, karena posisi gue dibonceng, so gue menikmati banget pemandangan sepanjang jalan, dan gue yakin ga sampe setengah jam juga kita udah sampe di Iboih. Jalanan yang kita lalui bener-bener cakep, sebelah kanan lautan, dan sesekali ganti perbukitan, sedangkan sebelah kanan adalah rumah-rumah penduduk, dan sesekali jadi perbukitan. Udaranya juga lebih adem dari Banda Aceh sendiri.

Kita ngikutin jalanan yang semakin lama semakin naik turun and berliku kaya ke puncak. Dari yang terang sampe bener-bener gelap. Sampe kita tiba di tikungan jalan, gue liat ada beberapa monyet yang berkeliaran di pinggir jalan, sampe temen gue klakson-klakson itu monyet tapi pada ga mau minggir, otomatis temen gue ngerem dong tapi sambil jalan pelan itu motor, dan pas lagi pelan-pelannya di depan para monyet itu, salah satu dari mereka lari ngedeketin motor kita and mau loncat ke gue, otomatis temen gue ngegas dong, and sambil gue nengok ke belakang liatin mereka, salah satu monyet tadi masih berusaha untuk ngejar motor kita. Hadeh! Iseng bener itu monyet. Dasar monyet! :D






Jalanan semakin sepi, tadinya kita sering berpapasan dengan motor atau mobil yang berlawanan arah, ini malah satupun ga ada. Bahkan jalananpun semakin menyempit, kanan tetep lautan dan kiri totally hutan. Sampe ketemu tikungan lagi dan gue liat ada sekawanan kambing, ya gue pikir adalah sekawanan kambing hutan gitu yang ada di jalanan, eh pas motor semakin mendekat ke mereka, ternyata itu adalah srigala, ah iya gue anggapnya itu adalah srigala, meskipun temen gue bilang itu adalah anjing hutan, tapi dari deket mirip banget sama srigala, makanya gue nyebutnyanya srigala instead of anjing hutan. Meskpiun ga ngejar kita, tapi tatapan matanya itu lho, ih seyeeeemmmmm.

Dan haripun berganti malam, jalanan ga ada penerangan sama sekali, keliatan jalanan di depan kita karena cahaya lampu dari motor yang kita kendarain aja, kalo gue nengok ke kanan, kiri, atau belakang sama sekali ga ada beda melek ama merem, gelaaaaap banget.

Gue berpikiran sama ama temen gue, ini mana Pulau Iboih yang katanya banyak penginapan murah kok ya ga keliatan-keliatan sampe malam gini ya? Pokonya gue pikir yang namanya Pulau Iboih itu pasti akan gampang dikenalin, karena pasti keliatan banyak penginapan semacam guesthouse, homestay, atau hostel gitu lha. Tapi sampe kita ketemu monyet yang ngejar-ngejar kita and tatapan srigala yang menyeramkan dan gelap gulita, kok ya ga nyampe-nyampe kita.

Sampe di tanjakan jalan

Temen gue yang lagi nyetir motor         : Dew, coba lo cek GPS di hp lo dah, berapa jauh lagi sih si Iboih itu?
Gue                                                    : Hp gue udah low bat banget, tinggal 1%, bentar lagi pasti mati.

Gue liatin tangan kanan temen gue yang lagi nyetir motor buka resleting backpack yang nutupin dadanya, iya karena dia ga bawa jaket, so backpacknya digantungin di dadanya sekaligus bisa ngelindungin dia dari angin. Lagian kalo digembol di belakang pasti guenya ga ada space untuk dibonceng dong.

Gue                                                 : Lo mending fokus deh bawa motornya, mau ngambil apaan sih lo buka-buka tas gitu?

Temen gue yang lagi nyetir motor ga jawab ga apa, tau-tau motor yang kita naiki kecepatannya semakin berkurang karena jalanan semakin nanjak, so tau-tau itu motor yang kita naiki mundur teratur and…. Kalian taulah apa yang terjadi.

Gue sadar-sadar kaki kanan gue ada di bawah motor posisinya, sedangkan temen gue langsung berusaha berdiri dan berdiriin motor yang nindihin kaki kanan gue. Gue pikir bakal kenapa napa dengan kaki kanan gue yang posisinya ketindihan ama motor, but thank god pas gue berdiri gue ga ngerasa sakit sama sekali di kaki kanan maupun di bagian tubuh gue yang lainnya, tapi sumpah gue ga keliatan apa-apa malam itu, pas gue berusaha sadar karena gelap gulita, gue nunduk liat ke aspal, gue liatin ada putih-putih yang berceceran di aspal, ga pake mikir lama, langsung gue pungut barang-barang itu yang gue yakin itu adalah lembaran-lembaran kerjaan temen gue yang kececer dari tasnya. Setelah itu gue nyadar bahwa kacamata item yang gue gantungin di kerah baju gue and helm yang gue pake udah ga ada di tempatnya masing-masing. Sedangkan temen gue coba starter motor lagi, tapi ga berhasil juga, gue mikir, aduh! Bakal nuntun motor nih sampe ketemu perumahan di jalanan yang gelap gulita ini, mana hp udah metong, jadi ga punya senter sama sekali untuk penerangan.

Gue kalo di tempat-tempat gelap kaya gitu bukan hantu yang gue takutin, tapi orang jahat aja yang bakal nyatronin kita di tengah hutan, ambil barang-barang berharga kita (kalo gue sih apa yang mau diambil, kan backpacker, serba ga punya apa-apa selain duit secukupnya and id card) nah kalo temen gue yang juga bawa kerjaan trus tau-tau tasnya dirampas sama orang jahat, mau gimana dia laporan ke kantornya dengan kerjaan yang digondol kabur sama si orang-orang jahat itu. Iya kalo Cuma ngegondol barang-barang berharga kita, tapi kalo sampe kita didor and dimutilasi trus dibuang di tengah hutan atau jurang atau lautan? Ih amit-amit!

But Thank God, setelah beberapa kali temen gue nyetater motor, hidup juga itu motor, and kita sepakat untuk balik kanan untuk cari penginapan di deket rumah-rumah penduduk yang kita lewatin tadi.

Dan sesampainya yang kita yakin itu adalah rumah-rumah penduduk, ternyata itu adalah Pulau Iboih yang kita cari-cari, dan dengan santainya kita bilang itu adalah rumah-rumah penduduk. Sedangkan cahaya-cahaya terang yang  kita kira itu adalah rumah penduduk, ternyata beberapa penginapan yang kita cari-cari. Doh! Harus ketemu sama monyet yang ngejar-ngejar kita and srigala yang dengan seram menatap sampe jatuh dari motor untuk sadar kalo yang udah kita lewatin adalah yang kita cari.

Sunnrise dari guesthouse Pulau Iboih

Keesokan harinya kita langsung menuju ke Kilometer Nol melalui jalan yang kita sempet jatuh semalam, dan ternyata ga jauh dari lokasi gue and temen gue jatuh itu udah deket banget sampe Tugu Nol Kolimeter, dan di situ sama sekali ga ada penginapan, yang ada hanya hutan dan lautan Andaman yang terbentang luas.

Ketemu si Boy di Tugu Nol Kilometer

Tugu Nol Kilometer, Sabang, Aceh, Indonesia

Sertifikat pernah berada di Tugu Nol Kilometer

Pulau Iboih, Pulau Weh, Sabang, Aceh Indonesia

Selfie time di ujung paling barat Indonesia



Kamis, 09 Oktober 2014

Luntang-lantung di Pelabuhan Ulee Lheue

Setelah puas sama Museum Tsunami, gue sama temen gue memutuskan untuk mengunjungi kapal karam yang terkenal itu lho, yang katanya sampe singgah di atap rumah gara-gara kebawa ombak pas tsunami. Tapi setelah ngikutin petunjuk beberapa orang, ga nemu juga kita itu tempat. Akhirnya gue sama temen gue memutuskan untuk ke Pelabuhan Ulee Lheue, karena pas kita lagi nyari-nyari kapal karam itu, yang ada malah petunjuk ke Ulee Lheue, secara gue denger itu salah satu pelabuhan untuk bisa nyebrang ke  Sabang. Iya Sabang di Aceh, bukan Jalan Sabang di Jakarta. Masih ga tau juga kalo di Aceh ada Sabang? Hadeh! Tapi ingat kan kalo masih SD dulu ada pelajaran yang bilang kalo Negara kita ini luasnya dari Sabang sampe Merauke? Inget kan, inget kan??? Nah kalo masih ga percaya kalo di Aceh ada Sabang, lagi, gue minta lo untuk buka peta Indonesia, kalo bisa yang nyambung sama internet ya, jadi lo bisa zoom sampe gede banget baru itu tempat keliatan. Iya kalo di peta, itu pulau keciiiil banget, pas sebrangnya Banda Aceh. Jadi pelajaran geografi ini :D

Gue and temen gue ngikutin petunjuk ini untuk ke Pelabuhan Ulee Lheue
Sepanjang jalan pas kita nyari kapal karam yang ga ketemu-ketemu akhirnya kita mutusin untuk ke Pelabuhan Ulee Lheue. Dan selama perjalanan menuju Pelabuhan Ulee Lheue, jalanannya sepiiii bener kaya di jalanan Jakarta kalo lagi lebaran. Padahal itu udah hampir jam 12 siang. Usut punya usut ternyata warga Aceh tuh kalo hari Jumat akan mulai beraktifitas penuh setelah usai Sholat Jumat. Ah pantesan sepi bener jalanan.




Selamat Datang di Pelabuhan Ulee Lheue 



Sesampainya di Ulee Lheue, kita cari tau, jam berapa kapal yang nyebrang ke Pelabuhan Balohan di Sabang atau juga yang terkenal dengan nama Pulau Weh. Dan ternyata kapal berangkat cuma 2 kali dalam sehari. Jam 9 pagi and jam 4 sore. Dan ada dua pilihan, pake kapal lambat atau kapal cepet. Kalo kapal cepet jarak tempuh untuk sampe di Pelabuhan Balohan cuma 45 menit, and kalo pake kapal lambat, jarak tempuhnya jadi sejam 45 menit. Karena gue ama temen gue bawa motor, so kita pilih kapal lambat yang mengizinkan penumpangnya untuk bawa kendaraan. Untuk tiket juga baru mulai dijual dua jam sebelum keberangkatan. Sedangkan gue sama temen gue nyampe di pelabuhan jam 12 siang. Loket tiket baru buka jam 2 nanti, itu artinya gue and temen gue harus nunggu dua jam untuk dapetin tiket, dan harus nunggu dua jam lagi untuk nyebrang. Total 4 jam kita berdua luntang lantung di Pelabuhan Ulee Lheue :D

Harga tiket termasuk murah, ga sampe 100 ribu per orang untuk kedua jenis kapal (tergantung kelas juga). Tapi kalo bawa motor atau mobil ya pasti dikenain biaya lagi.

Untung ada warung di Pelabuhan Ulee Lheue itu, dan untungnya juga banyak variasi makanannya, jadi bisa lunch, desert, ngemil, lunch lagi, desert lagi, and ngemil lagi sampe loket tiket buka.

Jam setengah dua gue sengaja nggelar diri alias lesehan depan loket tiket, dengan maksud biar gue ngantri nomor satu gitu. Sampe hampir jam 3 itu loket ga buka juga. Pas ada orang berseragam, yang gue yakin dia adalah petugas pelabuhan, gue tanya sama tuh petugas

Gue                       : Pak, loket buka jam berapa?
Petugas                 : Jam 2
Gue                       : Hah, Pak ini udah hampir jam 3 lho.
Petugas                : Oh ya bentar lagi kalo gitu (sambil nyelonong aja itu petugas ga kasih penjelasan kenapa telat buka loketnya)
Gue                       : Bengong and pas nyadar dari kebengongan gue, gue sewot ama tuh petugas.

Pas loket dibuka, ternyata tuh petugas yang gue tanya tadi emang petugas loket. Dan gue yakin dia inget wajah gue yang nanya jam berapa loket dibuka, eh pas dia liatpun muka polos aja ga pake maaf karena telat (pake banget) buka loketnya L

Ini kapal yang bawa gue and temen gue ke Pulau Sabang
Tapi setelah nanya-nanya lagi (depth interview sama beberapa petugas pelabuhan) ini jadwal kapal yang nyebrang dari Banda Aceh (Pelabuhan Ulee Lheue ke Pulau Sabang/ Weh (Pelabuhan Balohan):

·       Kapal Cepat Pulo Rondo
Berangkat jam 09.30, tiba jam 10.15 WIB (setiap hari)
Harga mulai dari Rp. 60.000

·       Kapal Cepat Express Bahari
Berangkat jam 16.00, tiba jam 16.45 WIB
Harga mulai  dari Rp. 55.000

·       Kapal Ferry KMP BRR
Berangkat jam 14.00 (Senin, Selasa, Kamis, Jumat)
Berangkat jam 10.30 dan 16.30 WIB (Rabu, Sabtu, Minggu) 
Harga dari 11.500

Jadwal di atas bisa berubah sewaktu-waktu, itu terbukti pas gue berangkat waktu itu hari Jumat pake Ferry KMP BRR, infonya ada berangkat jam 14.00 WIB, tapi ga taunya loket baru buka hampir jam 15.00 dan kapal baru berangkat jam 16.30 WIB.


Museum Tsunami Aceh


Museum Tsunami Aceh
Di hari kedua gue berencana mau keliling Aceh sendiri aja, karena gue ga mau ganggu temen gue yang pastinya ngantor. Tapi pas malam gue pulang dari Masjid Baiturrahman, dia bilang kalo besok dia ngantor cuman sampe jam 10 aja, and setelahnya kita bisa explore Aceh. Yipppiiii, punya temen juga buat ngebolang di Aceh :D

Dan ternyata, temen gue dikasih pinjem motor dari kantornya, so lagi-lagi, gue bisa ngojek gratis keliling Aceh sama temen gue *ini kalo temen gue baca pasti gue dijitak :D

Pagi-pagi setelah sarapan gue leyeh-leyeh sambil nunggu temen gue balik dari kantornya, ya nunggu 2 jam untuk dia balik dari kantor sih ga masalah lah ya gue merem bentaran di kamar. Dan pas jam 10 ternyata temen gue whatsapp gue kalo kedua kamar sudah di check outin, so gue tinggal turun aja ke lobi, secara packing udah selesai 10 menit sebelum temen gue ngabarin.

Museum Tsunami Aceh
Tujuan pertama adalah Museum Tsunami, ternyata Museum Tsunami itu letaknya sekitar sekiloan dari Masjid Baiturrahman, and itu berarti masih deket banget sama penginapan gue. Itu menurut gue yang suka jalan kaki ya, beda ama lo kalo yang 500 meter aja udah dibilang jauh kalo dipake jalan kaki :P Jadi intinya jauh dekat itu tergantung siapa yang ngomong, lho kok jadi ngomongin jarak sih?


Ok balik lagi ke Museum Tsunami. Semua masih pada ingat kan Tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004? Meskipun telah 10 tahun, namun kejadian tersebut masih menyisakan rasa pedih dan haru akan saudara-saudara kita yang tertimpa. Hal tersebut dapat dirasakan ketika kita memasuki Museum Tsunami yang dirancang oleh arsitek yang saat ini tengah menjabat sebagai wali kota Bandung, Ridwan Kamil. Museum ini terdiri dari 4 lantai yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Pertama kali gue masuk, gue dan temen gue ngelewatin lorong sempit and gelap di antara dua dinding air yang tinggi, suasananya lumayan serem sih, tapi memang itulah intinya, untuk menciptakan suasana panik ketika tsunami terjadi.


Nama-nama korban yang dikenang di dinding Muesum Tsunami
Ketika  mengikuti lorong tersebut, akhirnya gue sama temen gue dipertemukan sama sebuah ruangan, di dalamnya terdapat banyak nama yang disusun rapi di dinding setengah lingkaran, yang gue yakin itu adalah nama-nama korban bencana tsunami.

Di ruangan atas terdapat galeri yang menceritakan tentang kejadian tsunami secara detail, dan ketika kami akan memasuki ruangan galeri itu ada seseorang yang memanggil kami untuk segera memasuki ruangan di sebelahnya. Gue pikir dia bakal negor gue yang ga pake jilbab, tapi ternyata ruangan yang kami masuki itu semacam bioskop mini, yang bisa berkapistas 100 orang. Ketika kami duduk, lampu langsung dimatiin dan film dokumenter tentang tsunamipun diputar. Film yang berdurasi 30 menit ini benar-benar membawa kita ke sebuah bencana terbesar yang menjadi sejarah. Ga kebayang, tempat yang gue injak saat itu pernah terkena bencana yang memakan korban ribuan orang dan meluluh lantakkan apa saja yang diterjang oleh ombak yang bisa mencapai 30 meter itu. 

Bola-bola itu bertuliskan beberapa negara yang bersimpati atas tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004

Salah satu ruangan di Museum Tsunami
Dan perlu dicatat, untuk masuk ke Museum Tsunami ini tidak dikenakan biaya sepeserpun J Eh bayar sih, bayar parkir motor seceng :D

Jumat, 03 Oktober 2014

Out Now! A Kara-Venturous Novel Traveling with Brad Pitt

Gue dari orok kayanya udah mulai disuapin buku sama orang tua gue, habisnya yang gue inget dari jaman gue belum mengenal huruf-huruf dan angka-angka, gue udah punya buku buat corat-coret, itu semua karena difile sama nyokab gue makanya gue tau kalo dari umur segitu udah doyan sama yang namanya buku (corat-coret khususnya).

Trus pas SD gue udah biasa baca novel-novel detektif karangan Enid Bylton (The Famous Five atau Lima Sekawan) 

ada juga buku Alfred Hitchcock and The Three Investigators a.k.a Trio Detektif


dan novel STOP karangan Stefan Wolf (aaahhhh jadi pengen baca buku-buku itu lagi).

Pokoknya intinya, semakin ke sini gue semakin keranjingan sama buku-buku yang berbau petualang and detektif, khususnya Sandra Brown and Lee Child, Stephen King juga (tapi koleksi gue ga banyak kalo Stephen King). Dan karena gue bisa baca buku sambil ngapain aja, sambil nongkrong di pagi hari (favorit banget), sambil makan, sambil nonton pertandingan bola, sambil jalan (jalan kaki maksudnya), sambil  nunggu bus di halte, di dalam bus, bahkan gue baca di saat gue lagi baca pun gue jabanin, kalo bisa baca sambil renang? (sayang bukunya basah ntar)

Emang mau ngomongin apaan sih Dew? Cerita kalo lo doyan baca buku?

Hehehe, intinya gue mau kasih tau, selama ini gue baca, baca, and bacaaaaaaa mulu, trus kapan gue punya sendiri yang bisa dibaca orang lain? Nah ini saatnya untuk ngasih tau ke dunia, kalo gue akhirnya nulis juga. Emang tentang detektif gitu? Bukan, bukan tentang detektif, tapi masih berbau petualangan sih, ini sinopsisnya ya J



A Kara-Venturous Novel mengisahkan tentang keindahan berbagai tempat di Indonesia yang dikunjungi oleh Kara. Kara adalah seorang yang tomboy, periang, dan memiliki rutinitas yang sangat berbeda dengan hobinya. Dia seorang humas di kantornya, harus berpenampilan layaknya seorang brand ambassador dan harus selalu berpakaian yang terbaik di antara rekan-rekan kerjanya. Sangat bertolak belakang dengan hobi traveling ala backpacker dan kehidupannya sehari-hari yang tampil apa adanya.

Kara tidak pernah keberatan untuk menjelajahi tempat-tempat eksotis di dunia ini meskipun sendirian. Sampai suatu hari Kara bertemu dengan Brad Pitt, seorang backpacker dari Amerika Serikat, di sebuah pulau yang terkenal dengan penangkaran ikan hiu nya. Mereka sepakat menjadi travel partner untuk menjelajahi beberapa tempat di Indonesia. Berbagai kejadian lucu dialami oleh mereka berdua. Dari pengalaman Brad Pitt mengendarai kendaraan roda dua untuk pertama kalinya, selalu kepedasan ketika mencicipi berbagai makanan khas Indonesia, pertama kali mengenal dan memakan berbagai macam buah-buahan tropis, narsis dengan pohon pisang, sampai tidak tahu cara memakan buah manggis.


Kalo mau gratisan, tongkrongin aja Twitter gue di @AliyahDewi gue bakal bagi-bagi novel gratis di sana ;)


Minggu, 28 September 2014

Hai Para Wanita! Ga Harus Pake Jilbab kok di Aceh




Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu ikon Banda Aceh. Info yang gue dapat dari tukang ojek depan masjid kalo itu masjid didiriin sama Sultan Iskandar Muda jaman Belanda. *gue rasa si tukang ojek ini pasti lupa tahunnya tahun berapa, pokoknya saking lamanya ini masjid didiriin sampe dia bilang di jaman Belanda.

Ini masjid gede banget, arsitekturnya bagus, halamannya luas plus ada kolam ikan plus pancuran ala timur tengah. Cocok banget buat wisata religi deh pokonya. Cuma sayang, gue ga bisa masuk ke area masjid, gue pake celana panjang sih, tapi baju lengan pendek dan tanpa penutup kepala alias jilbab. Temen gue sih udah ngingetin gue untuk bawa apa kek yang bisa buat kerudung atau jilbab selama di Aceh,  dan gue udah bawa sih satu pashmina dan baju lengan panjang, tapi kok ya ga sreg banget kalo lagi siang-siang dengan matahari terik kaya waktu itu gue jadiin kostum. Sedangkan syarat untuk bisa masuk ke area masjid adalah mengenakan baju muslim untuk laki-laki dan muslimah untuk perempuan. Bagi yang non muslimpun bisa masuk ke area masjid, asalkan pake baju yang tertutup, tapi tetep ga boleh masuk ke bagian dalam masjidnya, Cuma boleh diizinin ke area masjid aja. Dan karena gue ga pake baju tertutup (lengan pendek tanpa penutup kepala) so gue ngintip aja di luaran masjid, trus ngobrol ama tukang ojek sebrang masjid sambil makan rujak aceh plus dengerin cerita tentang sedikit sejarah plus tata cara masuk Masjid Baiturrahman yang udah gue tulis di atas tadi.

Si tukang ojek juga cerita, kalo hukum syariat yang ada di Aceh itu berlaku bagi pemeluk agama islam saja. Bagi kaum perempuan diwajibkan mengenakan baju muslimah, sedangkan yang non muslim ga masalah ga pake kerudung, asalkan saling menghormati aja, dan ternyata sering gue ketemu sama perempuan-perempuan tanpa jilbab selama di Aceh, mereka naik motor, mengenakan celana pendek dan kaos oblong kaya di kota-kota lainnya, dan itu ga masalah, karena polisi syariatpun tahu kalau mereka bukan seorang muslimah.

Masih cerita dari tukang ojek. Bagi wisawatan perempuan yang kaya gue pun yang non muslim jangan khawatir kalau mau ke Aceh, karena penduduk Aceh itu ternyata orangnya ramah-ramah loh, ga aneh juga liat perempuan yang ga pake jilbab jalan sendirian. Mereka sudah paham kalau itu adalah wisatawan, pasti ga digangguin, diisengin juga engga kok ternyata J

Puas ngobrol sama tukang ojek, gue mampir ke pasar malam yang ada pas di sebrang Masjid. Dan pas gue lagi liat-liat barang apa aja yang dijual, temen gue nelpon.

Temen gue     : Dew, lo di kamar ga?
Gue               : Lah, gue lagi di pasar malam depan Masij Baiturrahman ini
Temen gue    : Hah, lo udah ke masjid aja, kenapa lo ga nunggu gue?
Gue               : Mana lah bisa gue cengok di hotel and nungguin lo cuman buat liat landmarknya Aceh :P. Emang lo udah balik dari kantor?
Temen gue      : Iya udah, gue juga udah di kamar gue, tadinya gue mau ambil tas gue yang ada di kamar lo.
Gue                 : Minta aja kuncinya sama resepsionis
Temen gue      : Udah, tapi katanya ga boleh main ke kamar tamu yang bukan muhrim
Gue                 : Haiyyyaaa, lo kan Cuma mau ambil tas lo aja, secara gue juga ga di kamar ini, masih ga boleh juga?
Temen gue       : ho oh, tetep ga boleh juga

Itulah peraturan syariat di Serambi Mekah ini. Dan kita harus menghargainya bukan? J


Pastiin Bawa Surat Nikah Kalo ke Aceh



Aceh merupakan salah satu provinsi yang berlokasi di Pulau Sumatera. Ibu kotanya adalah Banda Aceh. Jumlah penduduk provinsi ini sekitar 4.500.000 jiwa. Letaknya dekat dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan terpisahkan oleh Laut Andaman. Aceh berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan. Dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia. (Wikipedia).

Masih ga percaya kalau Aceh itu lokasinya paling barat di Indonesia? Coba cek peta Aceh di atas itu deh, atau masih disoriented liat peta, karena dulu ga suka pelajaran geografi? Ya sudahlah, lanjut baca blog gue ini aja, cerita-ceritanya seru kok :D

Gue berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Berhubung gue ga pegang tiket sama sekali, jadi gue nurut aja kalo yang pegang tiket bilang pesawat bakal take off jam 8 kurang, jadi gue tahu jam berapa gue harus ninggalin rumah dan jam berapa harus sudah sampai di airport.
Setengah tujuh gue udah mendarat di terminal 1b, tapi temen gue belum nongol juga, ya sudah gue cari sarapan dulu sambil nunggu dia. Baru juga gue buka mulut and mau nggigit roti yang baru gue beli, eh temen gue telpon.

Temen gue            : Di mana Dew?
Gue                      : Udah di terminal 1b gue
Temen gue            : gue juga baru nyampe nih, lo di mananya sekarang?
Gue                     : hmmm, depan… (sambil clingak-clinguk nyari nama tempat yang bisa gue infoin ke temen gue) gue di depan Roti Boy
Temen gue            : Roti Boy mana? Gue ga liat lo. Gue depan gerbang keberangkatan ya
Gue                       : Ok, gue ke tempat lo deh.

Ga sampe setengah jam kita check in and udah duduk manis di ruang tunggu, tapi ternyata pesawat yang mau kita naikin kok ga ada keliatan ya sosoknya? Ah jadi curiga kalo pesawat bakal delay. Dan kecurigaan itupun muncul, karena hampir tiga jam kita nunggu di ruang tunggu tanpa ada informasi apapun tentang keterlambatan pesawat yang akan bawa kita ke Aceh. Dari yang gue baca novel dari halaman 250 sampe tamat, dengerin music di masing-masing iPod kita, ketawa-ketiwi, ngetawain apa yang kita liat, ngomenin apa yang ada di sekitar kita, ga ada infopun itu pesawat.

Sampe gue hampir balik pulang, eh mas-mas pramugaranya nyamperin gue and bilang “Mba jangan ngambek ya, kita delaynya kelamaan, tapi itu pesawatnya udah datang kok, yuk masuk ke pesawat sekarang, saya bawain deh tasnya” hehehe ya ga segitunya juga kaliiii.

Yah pokoknya intinya, itu pesawat delaynya sampe bikin orang lumutan dah saking luamaaaaaaaaaanyaaa. Perjalanan dari Jakarta ke Aceh hampir 3 jam, nungguinnya juga hampir 3 jam, beuh! Udah setengah hari sendiri antara nungguin pesawat and perjalanannya. Perlu gue sebutin ga nama penerbangan yang terkenal dengan delaynya ini? Hmmm inisial aja ya. Iya inisialnya adalah Lion :D

Sesampainya di Bandara Sultan Iskandar Muda, ternyata udah ada yang nungguin. Iya, kita dijemput, hmmm sebenernya yang dijemput temen gue sih, kan gue nebeng sama yang lagi tugas luar kota :D
Karena pas nyampe di Aceh udah jamnya makan siang, so dibawalah kami berdua ke rumah makan, gue sih mintanya makanan khas Aceh, trus dibawa deh ke rumah makan yang ternyata gue sebut adalah rumah makan padang. Iya lah, penyajiannya aja sama ama di resto padang pada umumnya. Kita duduk di salah satu meja yang kososng, trus belum pesen belum apa, si pelayan langsung nyiapin beberapa menu yang kaya di resto padang lha, semua lauk dikeluarin dan disajiin di meja makan kami.

Setelah itu kami langsung menuju ke penginapan, udah muter ke sana ke mari, eh pada penuh ternyata hotel yang kita samperin. Dan dapat juga sih akhirnya penginapan, tapi itupun kamar tinggal satu-satunya, dan twin bed pula. Ya cukuplah buat gue dan temen gue yang sekalian tugas ke Aceh itu. Seneng juga akhirnya kita dapetin ini hotel, merasa beruntung karena akhirnya kita dapat satu kamar yang twin bed setelah beberapa penginapan kita samperin dan bilangnya full.
Pas temen gue udah bayar and tinggal minta kunci kamar, si resepsionisnya nanya

Resepsionis        : “Maaf Pak, ada surat nikah yang bisa kami pinjam untuk di fotokopi?”
Gue                  : Lha Mba, kita ini bukan suami istri kok, pacaran juga engga, mana ada surat nikah?
Resepsionis        : Maaf ibu, memang peraturannya kalau menginap di sini harus bisa menunjukkan surat nikah.

Emang temen gue yang lagi tugas ke Aceh ini cowok, dan ga ada excuse untuk bisa menginap di kamar yang sama meskipun twin bed. Padahal kalau memang suami istri masa iya dikasih kamarnya yang twin bed?

Mau pindah and cari hotel yang lain kok ya udah capek, trus temen gue juga harus langsung ngantor. Di tengah kebuntuan itu si mba resepsionis ngomong lagi

Resepsionis        : hmmm, satu kamar lagi ada, tapi sekarang masih kami bersihkan . Baru siap nanti sekitar jam 4 atau 5 sore.
Temen gue         : Ya sudah gapapa Mba, kamar yang ada ini buat teman saya aja, dan saya titip tas di kamarnya dia. Nanti sepulang dari kantor kamar yang sekarang dibersihkan saya tempati ya Mba.

Case closed!

Jam udah nunjukin jam 4 sore tapi matahari masih terik banget di Aceh waktu itu, gue memutuskan untuk tidur siang aja, eh tidur sore sambil nunggu temen gue pulang kantor. Tapi apalah daya, suasana yang panas itu ga bisa bikin gue lelap meskipun temperature AC udah gue bikin 16 derajat and fan speedpun gue polin. Akhirnya gue memutuskan untuk cari hal-hal yang menarik di sekitar hotel. Karena ke Aceh termasuk dadakan, jadi gue ga sempet cari-cari info mana-mana aja tempat yang bisa gue kunjungin, akhirnya gue minta petunjuk mba resepsionis.

Gue                : Mba, kalo dari sini ke Masjid Baiturrahman dengan jalan kaki arahnya ke mana?
Resepsionis     : Wah, jalan kaki ke Masjid Baiturrahman? Jauh kak! Naik becak saja, murah kok Cuma 10.000
Gue            : “Naik becak 10.000 pasti jaraknya dekat, so mending gue jalan kaki aja biar puas” ngga apapa Mba, aku mau jalan kaki aja, tolong kasih petunjuknya aja ya.

Resepsionis udah kasih petunjuk, dan gue ikutin petunjuk yang udah gue simpen di kepala gue. Dan ternyata…. Cuma 10 menit sodarah-sodarah itu Masjid dari penginapan gue. Coba kalo gue nurutin si resepsionis naik becak, rugilah awak, 10.000 kan bisa buat makan malam *dasar otak backpacker :D


Sabtu, 27 September 2014

Ketiban Duren Setengah




Lho ko pake setengah? Iye, ini cerita selengkapnya…

Lagi bengong di ruang makan, nungguin makanan? Iya sih, tapi ga ada yang masakin, mau beli, males keluar, jadi bengong aja di ruang makan tanpa makanan.

Tiba-tiba hp gue bunyi.

Gue       : Halo
Temen  : Dew, gue mau ke Aceh, lo mau ikut?
Gue       : Lha, lo ke Aceh pasti urusan kerjaan deh
Temen  : Iya sih, tapi pasti disempetin sambil jalan-jalan lha nanti. Gimana mau ikut?
Gue       : hmmmm…
Temen  : Mau ya mau ya!
Gue       : hmmm….

Tiba-tiba hp mati, entah dimatiin apa koneksinya yang lagi error.
Jadi lanjut bengong lagi deh di ruang makan.
Eh hp gue bunyi lagi.

Gue                      : Halo
Temen yang tadi  : Gimana, mau kan lo ikut?
Gue                      : Lha, tau-tau mati tadi hp napa?
Temen yang tadi  : ga tau signal error kayanya.
Gue                      : oooohhhh…
Temen yang tadi  : Ok ya confirm ya lo join ya ke Aceh sama gue
Gue                      : eh berapa duit?
Temen yang tadi  : ntar ya, bentar lagi gue telpon lagi.

Merem melek aja di ruang makan, balik bengong lagi.
Dan hp gue bunyi lagi.

Gue                               : Hadeeeeh! Lo gimana sih, telpon belum kelar udah dimatiin lagi
Temen yang tadi lagi      : makanya, lo confirm ya berangkat ke Aceh sama gue?
Gue                               : eh berapa duit dulu lah?
Temen yang tadi lagi      : 2 juta pp! Jakarta – Aceh – Medan - Jakarta
Gue                        : Bueh! Mahal malih, kaga ada duit gue kalo buat terbang aja segitu, belum nginep, belum makannya. Trus berangkat kapan?
Temen yang tadi lagi       : Besok
Gue                                : Wah! Lo gila, udah dadakan harga keterlaluan pula.
Temen yang tadi lagi      : Udah lo mau kaga? Besok kita berangkat, nginep sama makan gue yang nanggung, and tiket lo bayar setengahnya aja.
Gue                                : Tapi….
Temen yang tadi lagi       : kaga pake tapi-tapian, see you tomorrow ya di terminal 1B jam setengah delapan pagi.

Tambah bengong plus ngupil, masih belum nyadar antara mimpi atau memang lagi mimpi gue, tiba-tiba ada yang ngajakin ke Aceh and Medan, trus biaya nginep and makan ditanggung, tiket pesawat bayar setengah. Kenapa ga sekalian tiket pesawat juga gratis? *ngelunjak

Ya ok lah, mumpung ada sinterklas yang lagi bagiin njatohin duren (setengah), eh ngajak gue ke Aceh and Medan, cusss!

Jumat, 07 Maret 2014

Berenang Sama Ikan Hiu? Siapa Takut!




Karimun Jawa merupakan sebuah pulau yang terletak kurang lebih 80 km dari Kota Jepara Jawa Tengah, wisata yang ditawarkan oleh pulau ini adalah wisata bahari. Alam bawah lautnya sungguh sangat indah dan masih alami, hal itulah yang membuat gue tertarik untuk melihat dengan mata kepala sendiri.

Untuk mencapai pulau ini sangat mudah, ambil rute penerbangan ke Semarang, dan dari Bandara Internasional Ahmad Yani bisa lanjut naik bus yang ke terminal bus Terboyo, dari terminal ini pilih bus yang menuju ke Jepara, lama perjalanan bisa sampai 4 jam. Sesampainya di Terminal Jepara untuk menuju ke Pelabuhan Kartini bisa ditempuh dengan menggunakan becak. 

Perjalanan ferry dari Pelabuhan Kartini menuju ke Karimunjawa ditempuh selama 2 jam, dan ketika sampai di Pulau Karimunjawa nya, gue disambut dengan jernih nya air laut yang berwana tosca, it was amazing!

Untuk penginapan, ga usah khawatir,  karena hampir semua rumah penduduk sudah double fungsi, selain tempat tinggal bagi penduduk lokal, juga sebagai homestay bagi para pengunjung, dan harganya pun sangat terjangkau sodara-sodara! Dari 50-80 ribu per malam.

Kegiatan yang bisa dilakukan di Diamond of Java Island ini adalah: Menyelam, snorkeling, berjemur di bawah matahari (kalau memang yang suka membuat kulit semakin eksotis), memancing, banana boat, dan yang paling memompa adrenalin adalah berenang dengan hiu!

Snorkeling time

Alam bawah laut Karimun Jawa

Selfie time (mumpung ada temennya)

Selfie time part two (mumpung ada temennya) :D

Kenalin temen-temen gue si ikan hiu :)