Definisi uang secara umum adalah
sebagai alat pembayaran baik barang maupun jasa yang dapat diterima secara umum.
Kok jadi ngomongin duit, sih? Iya, coba mengingat masa dulu, ketika gue
masih ingusan ada duit gocengan dan di bagian belakangnya ada gambar yang sedari
dulu gue ga ngeh apa itu? Setelah gue udah segede ini baru nyadar kalo itu
salah satu kekayaan alam Indonesia yang patut untuk dibanggain, gimana engga? Dalam
satu area ada tiga danau dengan warna yang berbeda-beda, dan perbedaan warna
itu bisa berubah semau-maunya mereka. Lho kok bisa?
Danau Kelimutu sempet ada di duit gocengan |
Setelah gue paham kalo di duit
gocengan itu adalah Danau Kelimutu, maka gue bercita-cita untuk bisa lihat
dengan mata kepala sendiri, karena ga mungkin banget ada danau dalam satu
tempat dengan warna air yang berbeda-beda. And Thank God akhirnya awal 2015 ini
gue berkesempatan untuk bisa main ke Indonesia Timur khususnya ke Flores, NTT.
Jadi ceritanya masih lanjutan
dari Waerebo yang rencananya gue mau langsung nginep di Moni, biar besok
subuhnya lebih deket ke Danau Kelimutu itu, tapi ternyata si owner homestay gue di Desa Denge Mama Merry
kasih ijin gue untuk stay di tempat
anaknya di Ende, meskipun lebih jauh dari Moni, tapi paling ga gue bisa hemat
biaya penginapan sama sewa motor :D
Dan ketika gue nyampe di Ende
langsung ditemenin sama Onnis (Anaknya Mama Merry) ke Lapangan Perse, yaitu
salah satu tempat Tempat Fav Bung Karno di Ende. Dan meskipun gue dikasih
ijin untuk nginep di kosannya Onnis, tapi ga tega juga gue, kamarnya mungil
plus pas gue mau mandi ga ada air hahaha jadi gue nginep di “Hotel” Ikhlas
(sengaja di kata hotel nya gue tanda petikin, tau kan maksud gue? :D).
Jam 5 pagi gue udah nongkrong di
teras penginapan untuk dijemput temennya si Onnis, karena kebetulan di hari
esoknya Onnis mau wisuda, jadi dia mendelegasikan tugasnya ke temennya, halah
delegasi, kaya pejabat aja :D. Tapi sampe setengah jam berikutnya ni bocah baru
nongol, harap-harap cemas bisa ngejar sunrise,
karena posisi lagi di Ende, jadi perjalanan dipastikan lebih lama dibandingkan
kalo dari Moni. Masih gelap banget kita menyusuri jalan yang nikung-nikung,
akhirnya nyampe juga kita di parkiran. Dan karena gue udah ga sabar mau lihat
dengan mata kepala sendiri foto yang selama ini gue lihat di duit gocengan,
jadi gue dengan semangat 45 naikin anak tangga yang emang udah disediain, jadi piece of cake banget jalur trekking nya. Sekitar 10 menit lah gue
udah nyampe di pinggiran danau-danau itu, gue berharharap bisa lihat 3 warna
yang berbeda di 3 danau itu, tapi ternyata 2 danau yang pertama gue lihat
warnanya sama, yaitu toska, dan gue cari-cari danau satunya lagi mana, karena
gue yakin infonya ada tiga danau, tapi ternyata yang satu misah lumayan jauh
dan harus naikin tangga lagi untuk bisa lihat danau ketiga yang menyendiri.
Tapi meskipun kedua danau yang berdekatan itu warnanya sama, tetep gue mengucap
syukur yang luar biasa ke Tuhan semesta alam, karena gue dikasih kesempatan untuk
bisa ke sana dan melihat secara langsung ciptaan Tuhan yang ajaib itu.
Sama temennya Onnis |
Toska di kedua danau di belakang gue |
Ini foto diambil ama temen gue sebulan setelah gue dari sana, warnanya udah berubah yang kanan kan? |
Setelah puas lihat dua danau
dengan warna yang sama, and ambil
momen-momen matahari terbit segera gue menuju ke danau yang ketiga, ah exercise lagi naik anak tangganya yang
cukup bikin gue tambah lapar hehe
Momen-momen matahari terbit yang gue kangenin |
Spot yang pas buat liat sunrise! |
Danau ketiga ini adalah harapan
gue satu-satunya untuk membuktikan dengan mata kepala sendiri bahwa danau tiga
warna ini bukanlah mitos belaka kalo emang warnanya beda-beda. Tapi pas gue
nyampe sana danaunya ga jelas gitu warna airnya, boro-boro keliatan warna
airnya, keliatan kalau itu danau juga engga, karena kabut bener-bener masih
nutupin seluruh area danau, dan setelah kabut itu menyingkir, baru keliatan
warna air danaunya ternyata lebih gelap dari dua danau yang ada di seberangnya.
Tapi, lagi-lagi bersyukur, karena warnanya emang beda, dan keturutan juga gue mau
liat warna yang beda di ketiga danau itu.
Kabut nutupin danau ketiga |
Akhirnya keliatan juga warna airnya setelah kabut pergi |
Cukup unik kenapa bisa berubah
warna airnya di setiap danau itu, dan infonya ga pernah ada yang tahu kapan
air-air danau itu berubah, ga pernah ada yang bisa nebak kapan pastinya. Tapi
yang pasti dari info yang gue dapat kalo danau-danau itu dihuni sama roh.
Setiap danau beda roh nya, kalo yang berdua-duaan, konon yang sebelah kanan
dihuni sama roh-roh yang berjiwa muda, jadi makanya airnya sering banget
berubah-ubah, karena ngikutin jiwa anak muda yang galau, eh :D
Info sedikit mengenai kenapa warna air danau selalu berubah-ubah |
Nah yang sebelah kiri adalah roh-roh
orang-orang yang sudah tua, jadi perubahan warna airnya ga secepet danau yang
dihuni oleh roh-roh anak muda. Sedangkan danau yang ketiga yang menyendiri itu
konon dihuni sama roh-roh jahat, makanya seringnya airnya warnanya lebih gelap
dari kedua danau yang ada di seberangnya. Ini info lebih detail mengenai Danau Kelimutu.
Sambil nikmati pemandangan yang ga
bisa gue dapat di Jakarta, plus kasih sarapan buat cacing-cacing di perut gue,
jadi gue ngemil pop mie plus 2 alpukat yang dijual sama mama-mama di deket
danau yang menyendiri.
Tips menuju Danau Kelimutu:
1. Kalo
lo dari Labuan Bajo, ambil bus yang ke arah Ende, atau kalo yang mau lebih
deket di Moni.
2. Kalo
dari Kupang ya tetep lo harus ke Ende dulu atau Moni. Naiknya apa? Gue saranin
naik motor deh, sewa sehari cukup terjangkau kok, Rp. 50 rb aja.
3. Kalo
lo stay di Ende bisa nginep di Hotel Ikhlas, beneran ikhlas itu hotel kasih
harga buat para backpacker, cuma Rp. 80.000 – Rp. 300.000. Deket banget sama
bandara, jalan kaki 10 menit lah.
4. Kalo
di Moni, lo bisa nginep di Nusa Dua, Rp. 200.000/ malamnya.
5. Mending
naik motor jam 4.30 subuh kalo dari Ende. Tapi kalo dari Moni cukup jam 5 lah,
biar bisa liat sunrise.
6. Harga
masuk Rp. 5.000 per orang, kalo bawa motor kena Rp. 5.000 lagi (harga untuk
lokal ya).
7. Harga
pop mie yang dijual sama mama-mama di puncak (deket danau yang ketiga) gila
mahal bingit Rp. 20.000, tapi gue tawar dapat Rp. 10.000, alpukatnya sebiji Rp.
5.000
1 komentar:
kok infonya gak ada bahasa indonesianya ya, padahal kita di indonesia.. hmm
Posting Komentar