Dari Jakarta transit ke Bangkok
sebelum akhirnya nyampe di Yangon, Ibu kota Myamar. Dan sesampenya di Bandara
Internasional Yangon, gue terheran-heran dengan beberapa petugas yang mengenakan
sarung plus sandal jepit, tapi atasannya kemeja dengan segala emblem petugas
bandara dan imigrasi gitu, dan ya ternyata apa yang gue baca selama ini
langsung gue lihat dengan mata kepala gue sendiri, lucu juga ya seragamnya
begitu. Sarung yang dikenakan oleh laki-laki disebutnya longyi, sedangkan
perempuannya pake baju kebaya warna warni ala Mynamar.
Kebaya ala Myanmar yang dikenakan sehari-hari oleh perempuan Warga Birma |
Longyi aka sarung dan sendal jepitnya yang dikenakan sehari-hari oleh pria warga Myanmar |
Yangon ini ternyata kota yang ga
kalah gede sama Jakarta, itu keliatan dari infrastruktur yang udah modern, dan
jalan raya yang bisa sampe 4 jalur. Namun lucunya adalah, ketika gue naik taksi
dari bandara menuju ke downtown, baru
nyadar kalo posisi sopir ada di sebelah kanan, tapi kok jalannya di jalur kanan
ya, eh gue ketawa-ketawa sendiri selama di taksi. Dan rata-rata taksi di
Myanmar ini ga ada AC nya, plus ga ada argo, jadi harus nego dulu sebelum masuk
ke taksi.
Sengaja gue udah booking penginapan pas di Jakarta,
karena tau pesawat gue nyampe di Yangon malem, dan gue ga mau repot-repot
malem-malem masih harus nyari penginapan dengan nenteng-nenteng backpack. Gue sengaja juga pilihnya yang
di tengah kota, biar gampang ke mana-mana, pilihan gue jatuh di Sleep in Hostel
di Chinatown. Di penginapan ini ada bunk
bed juga, tapi ga tau gue lagi milih yang private room aja, tho harganya selisih dikit, dengan kamar mandi
bareng-bareng, cukup bersih baik shower
maupun toiletnya, meskipun air panasnya on
and off, dan banyakan off nya
haha.
Gue nginep di Sleep in Hostel ini, lokasi di Chinatown, Yangon |
Di keeskon paginya gue mulai
eksplor Yangon, gue mengarah ke entah timur, barat, utara, atau selatan, yang
pasti gue ngikutin kata hati dan kaki gue deh, sampe gue nemu ada sungai, besar
juga itu sungai, dan kalo gue lihat, sungai itu jadi jalur buat penduduk Yangon
yang mau menuju kemana gitu pokoknya dari dan menuju Yangon, karena gue lihat ada banyak
kapal-kapal kecil yang emang keliatan dipake transportasinya mereka.
Suasana di samping sungai besar |
Sepuasnya lihat-lihat sungai
besar yang entah namanya apa, karena ga ada satupun orang yang bisa ditanya
pake bahasa Inggris di sana, jadi semua gue rekam dalam memori gue aja, dan gue
melangkah ke Pagoda Shwedagon, iya beneran gue melangkah, jalan kaki, sekitar 2-3
km dari sungai itu, ya namanya juga backpacker.
Dan di sepanjang jalan itu gue liat selain emang penduduknya yang mengenakan
longyi dan kebaya untuk perempuannya, gue juga lihat becak mereka unik, beda
banget sama becak yang ada di Indonesia, maupun Malaysia. Jadi pengendaranya
itu ngegoes di sepeda ontel seperti umumnya, tapi si penumpang ada di sebelah
kanan pengendaranya, jadi samping-sampingan gitu, romantis juga ya :P
Becak di Myanmar |
Ga susah untuk nemunin Pagoda Shwedagon,
karena petunjuk jalan sangat jelas terpampang di setiap jalan yang gue lewatin.
Pagoda Shwedagon ini bentuknya stupa gitu, dan warnanya kuning emas, cukup besar
juga kompleknya. Dan sesuai prosuder pada umumya kalo mau masuk ke
tempat-tempat ibadah seperti ini harus mengenakan celana yang paling ga nutupin
sampe di bawah dengkul, untuk atasan juga dilarang pake tank top (untuk cewek ya), dan karena gue udah antisipasi, jadi gue
bawa kain Bali spiderman gue yang bisa gue manfaatin sebagai sarung selama
memasuki area pagoda tersebut. Biaya masuknya adalah sebesar 8,000 MMK (Kyat)
atau kalo dirupiahin sebesar Rp. 88,000. Dan ternyata di dalam kompleknya itu
ada wifi nya lho, hehe baru kali ini masuk tempat ibadah ada wifinya, gratis
pula.
Pagoda Shwedagon dari luar. Dan coba lihat 4 jalur mobilnya deh, ngeh kan setelah gue tulis di atas?! :D |
Stupa Pagoda Shwedagon dari dalam |
Setelah puas dengan pagoda
Shwedagon, gue menuju ke Kandawgyi Nature Park, ini semacam danau gitu, tapi
cukup besar dan di tengah-tengahnya ada semacam kuil emas plus bunga teratai
yang kebetulan pas gue ke sana lagi ga ada bunganya sama sekali L. Areanya cocok untuk
jalan-jalan sore, karena ada jembatan kayu sepanjang danau tersebut.
Para biku di jembatan danau |
Danau di Kandawgyi Nature Park |
Liat kuil di tengah danau yang bersih |
Kuil emas di tengah danau |
Melihat lebih dekat kuil emas di tengah danau |
Di hari kedua gue menuju ke Danau
Inya, lagi-lagi, danaunya cukup besar dan bersih, dan dikelilingi dengan taman
plus jogging track yang sepanjang
jalan sangat bersih sekali, ga ada satupun yang buang sampah di taman itu. Di
sepanjang taman juga disediain tempat duduk, jadi cukup nyaman untuk
menghabiskan sore sambil nunggu sunset
yang cukup cantik di danau tersebut.
Sunset di Inya Lake, Yangon |
Tips menuju Yangon dari Jakarta:
1. Ada
banyak penerbangan yang langsung ke sana, yang ujung-ujungnya pasti transit kalo
ga di Singpaore, KL, ya Bangkok. Harga? Tergantung lagi musim liburan atau ga
lah ya, gue yakin lo udah tau cari tiket yang murah ;)
2. Kalo
mau menuju ke downtown dari Bandara
Internasional Yangon, mendingan naik taksi aja, dan inget taksi di Myanmar itu
ga ada yang pake argo, jadi harus nego, paling mahal 10,000 MMK, dan kalo
beruntung lo bisa dapat harga 6,000 MMK aja.
Di Yangon ngapain aja?
1. Lo
bisa lihat sungai besar yang buat jalur transportasinya orang Mynamar, dengan
segala aktivitasnya yang masih 11-12 sama orang-orang kita.
2. Bisa
keliling Kota Yangon juga, kebetulan ada beberapa mall besar di sana yang bisa
dikunjungi kalo lo emang suka dan pengen bandingin mall di Indonesia sama di
Myanmar plus pasar tradisionalnya yang di daerah Chinatown.
3. Mampir
ke Pagoda Shwedagon. Kalo lo cewe, jangan lupa pake celana yang nutup sampe
bawah dengkul, dan kaos biasa aja, jangan tank
top. Biaya masuknya 8,000 MMK (Rp. 88,000) awal 2016.
4. Ke
Kandawgyi Nature Park, dipastikan ga ada biaya masuk ke area ini. Cocok untuk
jalan-jalan sore.
5. Ke Inya Lake, danau ini juga cantik, besar, dan airnya cukup bersih, plus taman
dan jogging tracknya yang bisa
diacungi jempol bersihnya. Sorenya lo bisa liat matahari tenggelam di sini
setelah jogging, dan di malam harinya
ternyata banyak pedagang asongan. Ini juga free kok ke danau ini.
1 komentar:
unik sekali ya di myanmar para lelaki memakai longyi yang seperti sarung dalam kegiatan sehari-harinya dan wanitanya mengenakan pakaian seperti kebaya di kesehariannya..
Posting Komentar