Solo traveler who loves sharing her experiences. The video also available on YouTube channel Fun Fearless Traveler.
Rabu, 25 November 2020
Jalur Baru Menuju ke Gunung Sanghyang, Bali
Gunung Agung dari Puncak Gunung Sanghyang (2.074 MDPL)
November 2020 - Berangkat dari
Denpasar boncengan sama temen gue mengarah ke Bedugul. Jam 7.30 pagi kita
bener-bener meluncur dari tempat janjian ga pake molor-moloran macam karet yang
melar kalo diminyakin.
Sekitar sejam perjalanan, pas di
daerah Baturiti, sesuatu yang ga diinginkan terjadi, iya ban belakang motor
kita pecah, jadinya harus ke bengkel dulu ganti ban dalam. Sekitar 20 menitan
nunggu sampe kelar dan kita lanjut perjalanan ke Wanagiri-Tamblingan dan berakhir
di Munduk. Bukan tujuan utama sih, di sini kita janjian sama pemandu plus
temen-temen lain yang mau gabung untuk muncak.
Sekitar hampir jam 11 siang kita
berangkat menuju ke pos untuk memulai pendakian. Nah! jalur pendakian ini
infonya adalah jalur baru. Gue aja baru mau muncak untuk yang pertama kalinya
ke Gunung Sanghyang, eh, udah dibilangin bakal mendaki di jalur yang baru, yang
lama aja belum tau gue hehehe.
Nah, singkat cerita, jadi jalur
untuk mendaki gunung tertinggi ke-5 di Bali ini adalah hanya ada satu jalur
saja yang dimulai dari Kayu Pundak Pura Bebaktian, sedangkan jalur yang akan
gue laluin adalah bener-bener jalur yang emang belum banyak dikenal sama pendaki
yang lain. Jalur PHTT itu namanya. Sebenernya belum resmi nama jalur yang baru
ini, kenapa kita namakan PHTT? karena dari hasil obrolan sama pemandu dan
temen-temen pendaki lain yang semuanya asli dari warga Desa Gesing. Ini adalah
desa di bawah kaki Gunung Sanghyang yang pemuda-pemudinya menamakan
organisasinya Pemuda Harapan Taru Tenget dan yang disingkat menjadi PHTT. Dan
dislangkan menjadi Pemuda Harapan Tak Tentu hehehe. Ceritanya karena banyak
pemuda pemudi di sana yang masih nganggur dalam usia dewasa, jadinya menjadi
beban orang tua gitu deh. Semoga mereka bisa menemukan aktifitas yang membantu
keluarga dan tidak menjadi beban lagi.
Namun, perlu diketahui, di
wilayah ini, penduduknya mayoritas menjadi petani cengkeh dan wortel. Sedangkan
sisanya yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri, maka otomatis akan menjadi
buruh tani di sana.
Oke, balik lagi ke jalur
pendakian. Jalur yang kita pake ini adalah jalur untuk motor cross sebenernya
yang berlokasi di Desa Gesing, Banjar, Bali. Nah, setelah kita parkir motor,
maka pendakianpun dimulai dengan melewati perkebunan wortel yang juga dilewati
oleh motor cross kalau memang sirkuit tengah berlangsung. Tapi, bukan melewati
sepanjang jalur motor cross, setelah itu baru deh pemandu kita buka jalan
dengan menebang ilalang pake sabit yang dibawa demi untuk kita semua. Dari awal
mulai aja jalan udah mendaki ga pake koma hahaha ditambah dengan hasil membuka
jalan oleh pemandu kita yang cukup bikin goresan di lengan kanan dan kiri
karena semak belukar dan duri-durinya hahaha. Iya, karena gue pake lengan
pendek jadi gue ga bisa komplen saat itu, tapi gue menikmati kok hehehe.
Ini dia awal tanda untuk menuju pos pertama pendakian
Info di awal jarak tempuh sampai
puncak sekitar 2 jam, memang lebih cepat karena dimulai dari ketinggian yang
pasti lebih tinggi dibandingkan dengan jalur the one and only itu. Meskipun
jalurnya terus nanjak dan beberapa dari kita (hampir semua) kena lintah
termasuk pemandu kita yang lintahnya sampe jumbo karena udah menghisap darah
terlalu lama, tapi kita jalan termasuk cepet lho, karena dalam waktu sejam
mendaki udah sampe di tengah gunung. Jadi prediksi 2 jam akan tergenapi,
tapiiii ternyata di tengah jalan hujan lebat, jadi memaksa kita untuk berhenti
dan pake jas hujan dan jalan lebih hati-hati karena selain nanjak juga beberapa
jalan yang kita lewati licin.
Dari pos pertama aja udah begini nanjaknya hahaha
Dan ini jalur hasil dibabat sama pemandu kita. Sepanjang mendaki mayoritas begini medannya
Lintah jumbo yang ngisep darah pemandu kita, yaaks!
Untungnya hujan ga bertahan lama,
jadi kita lebih bisa menambah kecepatan dalam pendakian. Meskipun selalu
disamperin sama kabut tapi ga mematahkan semangat untuk mencapai puncak. Dan,
lelah selama pendakian serta darah yang dihisap lintah selama mendaki pun
terbayar karena ga lama setelah itu kita sampai di area perkemahan. Iya, karena
emang rencana kita adalah untuk kemping semalam, jadi kita berhenti di area
itu. Jadi total perjalanan yang dimulai dari jam 11.25 dan tiba di area kemping
jam 13.48. Setelah istirahat dan mendirikan tenda, gue ke puncak bareng sama
temen-temen Hindu yang akan sembahyang di pura kecil puncak. Dari area kemping
menuju puncak dibutuhkan sekitar 10 menit aja kok.
Ga jauh dari puncak, hujan bikin kita melambat mendaki
Nyampe juga gue di puncak gunung tertinggi ke-5 ini hehehe
Di jalan menuju ke puncak gue
lihat ada patung dan pura yang dalam pengerjaan. Gue dan temen-temen Hindu yang
lain ga ada yang bisa jawab gue itu patung apa yang sedang dibangun. Anyway,
gue lanjut jalan sampai puncak untuk bener-bener merasakan puncak sesungguhnya
dari gunung tertinggi ke-5 di Bali ini. Kabut begitu mendominasi baik di area
kemping maupun di puncaknya. Tapi ga menutup kecantikan alam yang dianggap suci
oleh umat Hindu di Bali ini.
Pura yang masih proses dibangun menuju ke puncak Gunung Sanghyang
Patung yang juga masih proses deket dengan pura yang proses juga
Setelah balik ke area kemping,
kegiatan dilanjutkan dengan makan-makan dan ngobrol seru bersama pemandu dan
pendaki lain yang emang gue belum pernah kenal sebelumnya. Dari makan mie
instan sampe makan nasi dan lontong plus sayur pakis yang langsung dipetik oleh
mereka ketika mendaki (karena memang sepanjang pendakian pepohonan didominasi
oleh pohon pakis yang memang bisa dimakan).
Makan malam bareng hikers asli penduduk warga kaki Gunung Sanghyang dan pemandu :)
Dilanjutkan istirahat yang gue ga
bisa tidur lelap sampe alarm bunyi kalo gue tidur di kamar gue sendiri. Mungkin
karena gue telalu excited seperti biasanya kalo mau ngapai-ngapain, jadinya gue
kebangun jam 4.30 dan nunggu sampe jam 5 untuk ngumpulin nyawa dan lanjut
muncak untuk hunting sunrise dan pemandangan lainnya yang gue denger sebelumnya
itu.
And, yipppiii! ini dia
pemandangan yang gue dapat:
Matahari terbit dari Puncak Gunung Sanghyang dengan ketinggian 2.074 mdpl
Depan gue banget itu Guung Lesung, kiri gue Danau Tamblingan, kanan gue belakang Gunung lesung itu Danau Buyan. Pemandangan ini di utara puncak Gunung Snghyang.
Puncak Gunung Agung dari Puncak Gunung Sanghyang. Ini di sebelah timur Puncak Gunung Sanghyang.
Gunung Batukaru di selatan Puncak Gunung Sanghyang.
Setelah itu turun ke area kemping
dan sarapan. Lanjut bongkar tenda dan turun deh. Turun gunung dari jam 7.59
melewati jalur yang beda dengan ketika kita mendaki. Iya, jalur yang kita
lewati untuk turun adalah jalur yang biasa dipake untuk mendaki oleh pendaki
yang lain, yaitu jalur satu-satunya yang ada selama ini. Cukup bagus, jadi gue
punya konten yang beda dibandingin dengan vloger maupun blogger yang lain.
Karena naik dan turun gue lewatin jalur yang berbeda hehehe. Thanks to pemandu
gue yang namanya Bli Dedi.
Salah satu jalur ekstrim baik naik maupun turun dari pos Pura Bebaktian
Jalurnya ga seektrim ketika
mendaki. Ekstrimnya hanya dua spot sebelum nyampe di puncak aja yang naik
maupun turun harus pake tali. Sedangkan selebihnya jalurnya landai. Sampai di
pos Kayu Pandak Pura Bebaktian jam 9.25. Jadi total perjalanan turun sejam
setengah.
Ini dia pos awal yang ditandain dengan Kayu Pandak Pura Bebaktian dari jalur pada umumnya
Yes, akhirnya 2 gunung udah gue
taklukin selama di Bali. Darat, laut, dan gunung. Lengkap sudah ngebolang gue
di Pulau Dewata ini.
Si Bolang hehe
Ini gue sama anak-anak PHTT
Yang cowok itu pemandu kita, namanya Bli Dedi :)
Gunung Sanghyang pas di belakang gue. Foto setelah turun dari sana
Video nya juga tersedia ya di sini. Yang belum subscribe sila di klik tombolnya. Yang sudah subscribe terima kasih banyak! :)
i like your blog. do you have a gpx from the new way to gn.Sanghyang. i am curious where it starts . coordinates? my webpage: mountains-of-bali.orgfree.com best regards chris
Hello @unknown sayang sekali Anda tidak meninggalkan nama sehingga kami sulit membagikan no WA si guide. Jika Masih berminat, bisa DM ke Instagram fun.fearless.travaler Terima kasih.
Hello @chris sorry to keep you waiting for the response. Unfortunately, I have tried to find it on GPS but cannot find the exact spot as you wished. But, the easiest way to reach that point is by heading to Kembang Sari Waru, Desa Gesing, kec. Banjar, kab. Buleleng. And from that village, you can ask the locals of the motocross circuit. Hope it helps. Thanks for stopping by at my blog, btw. Cheers!
hey aliyahdewi, please can you take a look at: https://www.openstreetmap.org/#map=15/-8.3011/115.1018 i put the way to g. sanghyang there from the temple. can you marke the starting point from you new way and send me the pic to chris.bali.ind@gmail.com! chris
Ada no wa guide disana
BalasHapusi like your blog. do you have a gpx from the new way to gn.Sanghyang. i am curious where it starts . coordinates?
BalasHapusmy webpage: mountains-of-bali.orgfree.com
best regards
chris
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHello @unknown sayang sekali Anda tidak meninggalkan nama sehingga kami sulit membagikan no WA si guide. Jika Masih berminat, bisa DM ke Instagram fun.fearless.travaler Terima kasih.
BalasHapusHello @chris sorry to keep you waiting for the response. Unfortunately, I have tried to find it on GPS but cannot find the exact spot as you wished. But, the easiest way to reach that point is by heading to Kembang Sari Waru, Desa Gesing, kec. Banjar, kab. Buleleng. And from that village, you can ask the locals of the motocross circuit. Hope it helps. Thanks for stopping by at my blog, btw. Cheers!
BalasHapushey aliyahdewi,
BalasHapusplease can you take a look at: https://www.openstreetmap.org/#map=15/-8.3011/115.1018
i put the way to g. sanghyang there from the temple. can you marke the starting point from you new way and send me the pic to chris.bali.ind@gmail.com! chris