Senin, 12 Agustus 2024

Menuju Puncak Tertinggi di Pulau Lombok-Gunung Rinjani

Agustus 2024 - Sebagai pendaki, pasti sudah tak asing lagi dengan Gunung Rinjani. Dengan puncaknya yang mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut, Rinjani menjadi gunung tertinggi di Pulau Lombok dan merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia.


Danau Segara Anak dari Puncak Gunung Rinjani. Puncak Gunung Agung, Bali terlihat



Pada tanggal 20-22 Juli 2024 yang lalu gue berkesempatan untuk mendaki gunung yang memiliki pemandangan Danau Segara Anak tersebut. Jadi awalnya, gue hanya meluangkan waktu 2 hari 1 malam aja untuk summit dan kemping, berarti rencana akan mendaki dari Sembalun dan akan turun via Sembalun juga, tapi ternyata jodoh megatakan gue harus ikut paket yang 3 hari 2 malam. Kenapa? Karena temen yang harusnya mendaki sama gue itu sakit dan harus bedrest, jadinya ga bisa sendiri, dan udah cari teman sana sini ga dapat juga. Tapi karena gue anaknya ga gampang nyerah, akhirnya gue nemu juga temen yang kasih koneksi ke temennya temen yang kebetulan mereka ada rencana mendaki di tanggal yang sama. Akhirnya gue join sama mereka deh. Yang tadinya gue hanya butuh satu temen, ternyata Tuhan kasih gue 14 temen yang lainnya hehe. Makasih Tuhan!

Paket 3 hari 2 malam, berarti jalur yang kita ambil adalah via Sembalun-Torean. Kebetulan gue berangkat dari Bali dan semua temen-temen mendaki juga dari Bali, jadi kami sepakat naik Ferry aja untuk menuju ke Lombok. Kami janji temu langsung di Pelabuhan Padang Bai, Bali jam 06.00 WITA. 

Perjalanan yang kita tempuh dari Pelabuhan Padang Bai, Bali ke Pelabuhan Lembar, Lombok sekitar + 5 jam. Ferry yang kami naiki mulai jalan jam 7 pagi dan sampai di Lembar jam 12 lewat dikit. Sesampainya di Lembar kami langsung makan siang di salah satu warung dekat Pelabuhan, dan setelahnya jalan kaki sekitar 200 meter keluar area Pelabuhan untuk menuju ke mini bus yang sudah menunggu kami untuk mengantar kami ke penginapan di Sembalun. Kenapa mini bus nya ga jemput langsung di Pelabuhan? Karena kendaraan umum yang boleh masuk area pelabuhan hanya yang official kerjasama dengan pelabuhan Lembar, sedangkan bus kami semuanya diatur oleh organizer kami, mungkin harga lebih terjangkau daripada yang official.

Perjalanan dari Pelabuhan Lembar ke Sembalun itu sekitar 3 jam, namun, karena waktu cukup panjang, jadi kami mampir dulu ke tempat wisata yang merupakan rumah adat asli suku di Lombok, ya, kami mampir ke Desa Sade. Nah! Tentang Desa Sade akan gue ceritakan di blog terpisah ya.

Sekitar jam 18 lebih kami sudah hampir sampai di penginapan di area Sembalun, dan kami melewati hutan dengan jalan yang sudah diaspal dan cukup bagus, namun, karena jalannya berkelok-kelok dan nanjak, dan kemungkinan besar mini bus yang kami naiki itu udah uzur, jadi sempat ngadat dan ga kuat nanjak. Jadi kami sebagai penumpang turun untuk memberi keringanan supaya si mini bus bisa distarter lagi dan mau jalan. 

Sambil nunggu mini bus, kami jalan kaki di kelilingi hutan dengan senter dari HP kami masing-masing hehe iya ceritanya udah gelap, dan karena memang di area hutan plus ga ada sinyal di semua HP kami, jadinya kami menikmati kegelapan hutan, dan kami semuanya awam dengan area tersebut. Dan Puji Tuhan, setelah jalan sekitar 50 meter, si mini bus akhirnya sudah nyala lagi dan siap kami tumpangi kembali. Akhirnya kami sampai juga di guesthouse Sembalun yang memang sudah dipesan untuk kami. 

Gue lupa nama guesthouse nya, begini lah kalo traveling join open trip banyakan ga inget nama-nama penginapannya, dan gue juga ga nyatet pun hehe. Anyway, penginapan ini lokasinya ada di di Desa Sembalun, menyediakan sekitar 7 kamar, ada yang model dormitory, eit! Dorm di sini bukan yang bunkbed ya, tapi kasur yang ditaruh di lantai gitu yang bisa buat lebih dari 6 orang. Sedangkan gue dapat kamar yang bisa untuk 3 orang. Kamar mandi di masing-masing kamar, tapi jangan berharap ada air panas ya! :D

Setelah kami sampai di penginapan, langsung kami mengeluarkan dan memisahkan barang-barang yang akan dibantu bawakan oleh porter. Iyes, pendakian kali ini ga akan terbebani, karena 90% barang-barang mendaki dan kemping kita titipkan ke abang-abang porter. Jadi kami hanya membawa barang-barang pribadi aja di backpack masing-masing. Setelah itu kami tes kesehatan di puskesmas Sembalun dengan biaya hanya Rp15.000 aja per orang. Di sini kami dicek apakah layak untuk mendaki atau tidak dengan dites tensi dan lain sebagainya dengan dokter yang bertugas. Dan Puji Tuhan, semua peserta pendaki lolos tes kesehatan jadi kami semua siap mendaki besok! :)

Setelah itu kami makam malam di warung-warung yang tidak jauh dari penginapan. Di Desa Sembalun ini sudah mulai terasa hawa sejuknya, sekitar 17-19º di malam hari. 

Karena teman-teman mendaki gue mayoritas adalah ibu-ibu, ehem, lebih tepatnya neli (Nenek lincah), karena udah usia 50 bahkan sampai 62 tahun tapi masih lincah semua hehe, jadi ketika gue masih berusaha tidur lelap itu udah terdengar mereka udah pada bangun, mereka di kamar sebelah gue, gue pikir udah jam 5 apa jam 6 pagi gitu, eh ga taunya masih jam 2 pagi mereka udah pada bangun dan keluar kamar :D Tapi gue berusaha untuk lelap lagi dan bangun hampir jam 6 pagi setelah teman-teman sekamar udah selesai menggunakan kamar mandi baru gue yang terakhir hehe.

Sekitar jam 7 pagi kami mulai berangkat dengan menggunakan 2 pick-up menuju ke salah satu warung prasmanan untuk sarapan. Dan setelah semuanya kenyang dengan menu yang buanyak banget, perjalanan kami lanjutkan ke Resort Sembalun. Di sini kami melakukan registrasi ulang. Oh iya, untuk registrasi awal harus via aplikasi e-Rinjani, namun sayangnya baru bisa diakses di Android, sedangkan iOS belum bisa. Dan karena sudah diorganisir oleh Raja Rimba (Organizer open trip kami), jadi gue ga repot pinjam HP Android temen untuk registrasi hehe

Dan sesampainya di Resort Sembalun, kami semua menunggu nama kami dipanggil satu-satu untuk registrasi ulang. Dan, setelah semuanya selesai melakukan registrasi ulang, maka kami kembali ke pick-up kami masing-masing untuk melanjutkan perjalanan menuju ke start point pendakian. Namun, seperti ritual umum temen-temen pendaki yang dari Bali, mereka sembahyang terlebih dahulu di satu titik dekat dengan area start point pendakian. 

Menuju ke Pos 1 & 2: Pendakian kami mulai tepat jam 9 pagi via Sembalun. Jalur ini terkenal dengan padang savana nya, jadi mirip-mirip bukit teletubbies gitu yang ga ada pepohonan rindang tapi ga mengurangi keeksotisannya. Kalo matahari lagi terik berasa banget panasnya. Dalam perjalanan kami menuju ke pos 1, ternyata kami melewati pangkalan ojek. Dan jika pendaki mau ngojek sampai pos 2 itu sangat memungkinkan dengan membayar Rp200,000 per sekali jalan per orang. Tadinya gue tergoda untuk ngojek demi menghemat waktu, tapi setelah gue pikir-pikir kalo gue ngojek bakal kehilangan banyak momen seperti melihat secara langsung betapa kuatnya abang-abang porter mengakut barang-barang pendaki di kedua bahunya dengan beban minimal 20 kg dengan mengenakan sendal jepit aja sampai ke Pelawangan (Area kemping) yang ditempuh sekitar + 4 jam. Hal yang selama ini cuma gue lihat via media sosial, dan sekarang gue lihat langsung dengan mata kepala sendiri. Dan, ya akhirnya gue putuskan untuk tidak tergoda dan sampai juga di pos 1 dengan jarak tempuh 47 menit. Gue hanya istirahat kurang dari 5 menit untuk melanjutkan perjalanan ke pos 2 dengan jarak tempuh 48 menit. Dan sebelum mencapai pos 2 itu ada jembatan, dan di bawah jembatan ada sumber mata air yang bisa diambil untuk keperluan memasak atau dikonsumsi langsung. Di pos 2 ini rame banget, selain pendaki yang istirahat juga ada beberapa warung ternyata.

Pelawangan (Area kemping) Gunung Rinjani

Menuju ke Pos 3: Dan lagi-lagi, gue ga mau lama-lama istirahat, karena ga enak ini kaki kalo kelamaan diem, jadi meskipun temen-temen yang lain belum pada kelihatan, gue memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke pos 3. Gue tiba di pos 3 itu jam 10.56, jadi kalo gue hitung-hitung dari pos 2 ke pos 3 sekitar 26 menit, iya ga sampe sejam, sedekat itu ternyata hehe. Tapiiii ternyata itu baru pos bayangan yang lagi-lagi ada satu warung di sana. Dan pos 3 yang sesungguhnya itu masih sekitar 25 menitan lagi, jadi kalo dihitung-hitung dari pos 2 ke pos 3 itu gue tempuh 53 menit. Sampai di pos 3 ini jam 11.49. Di sini juga masih ada warung kok, jadi buat yang kehabisan minum atau pengen ngemil bisa banget jajan di sini. 

Menuju ke Pos 4: Karena di awal udah diinfo kalo makan siang itu di pos 4, jadi gue putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke sana sambil nunggu temen-temen pendaki yang lainnya. Dan pas gue sampai di pos 4 atau yang dikenal dengan Cemara Siu ini pas banget sejam, pas banget jam 12.49 gue sampainya. Dan di sini juga rame banget, karena pendaki yang istirahat dan juga terdapat warung-warung juga. Di sini hampir 2 jam istirahat, karena selain makan siang bareng-bareng juga nunggu temen-temen pendaki lainnya yang emang masih jauh di belakang hehe

Menuju ke Pos 5/Pelawangan (Area kemping): Setelah makan siang dan hampir 2 jam gue istirahat akhirnya jam 13.58 gue melanjutkan perjalanan bersama Ibu Evi. Iya, di antara pendaki yang gue kenal di grup ini hanya Bu Evi yang bisa se-pace. Di jalur setelah pos 4 ini yang kami lewati adalah Bukit Penyesalan, gue ga tau pastinya kenapa dinamakan demikian, tapi sempet gue wawancara salah satu abang porter kurang lebih begini:

Gue: "Jadi, apakah Bukit Penyesalan ini juga membuat menyesal para porter?"

Abang Porter: "Tergantung, kalo porter legend jalur ini udah biasa buat mereka, tapi kalo porter yang baru ya lumayan menyesal."

Gue: "Abang sendiri udah berapa lama jadi porter?"

Abang Porter: "Saya baru Mbak jadi porter"

Gue: "Oh, ok, Bang, semangat ya dan sampai ketemu di puncak, dan makasih, Bang!"

Abang Porter: "Ok, sama-sama."

Jadi Bukit Penyesalan ini jalurnya lebih nanjak dibanding dengan jalur dari awal pendakian sampai pos 4 tadi, makanya dinamakan Bukit Penyesalan, setelah berhasil melewati jalur ini, maka akan ketemu dengan jalur Lendang Panas. Di sini kalau beruntung bisa melihat lautan awan yang sangat cantik. Dan setelah sekitar sejam melewati Lendang Panas, maka sampailah di Pelawangan atau area kemping. Dan gue sampai di Pelawangan ini jam 15.22, itu artinya gue mendaki dari pos 4 ke pos 5 Pelawangan ini sejam 22 menit. Itu baru Pelawangan 1, sedangkan tenda yang sudah disiapkan oleh tim Raja Rimba adalah di Pelawangan 3, yang artinya gue masih harus melanjutkan perjalanan lagi ke atas sekitar 10 menit lagi. Namun pemandangan di sini semakin luar biasa, kalau tadi sudah disuguhi dengan lautan awan, di Pelawangan ini ditambah dengan Danau Segara Anak yang membentang dengan airnya yang terlihat sangat segar. Itu di sisi kanan, sedangkan di sisi kiri terlihat beberapa gunung yang setelah gue tanya ke Abang Tony (Salah satu porter yang menyambut kehadiran gue di Pelawangan, karena baru gue yang sampai sedangkan yang lain masih jauh di belakang hehe) itu adalah gunung-gunung 7 summit di Lombok. Dan juga terlihat tipis sekali siluet Gunung Tambora. Dan tentunya Puncak Anjani yang telihat semakin dekat!

Pelawangan (Area kemping): Di sini sudah disiapkan 4 tenda, yang gue tinggali itu diisi 4 orang. Setelah semuanya sampai dan beristirahat, maka kami menikmati makan malam yang sudah disiapkan oleh para porter yang handal itu. Yes, selain mereka membawakan barang-barang kami, mereka mendirikan tenda untuk kami, juga menyiapkan makanan untuk kami. Wah! Keenakan banget kalo setiap kemping begini hehe

Setelah istirahat dicukup-cukupkan, gue kebangun jam 12.15, lebih tepatnya emang ga bisa tidur nyenyak, namanya juga kemping yang tidurnya ga pake kasur dan selimut senyaman di kamar sendiri hehe. Dan sebangunnya gue, ternyata buibu yang setenda ama gue ikutan bangun, padahal rencana kami bangun jam 12.30 untuk persiapan summit, tapi ya sudahlah, akhirnya kami mempersiapkan diri untuk summit dan diberi sarapan, lebih tepatnya supper ya hehe

Setelah briefing sejenak, akhirnya kami mulai summit jam 1.41 dini hari, karena infonya untuk sampai puncak bisa sampai 8 jam. Waduh! Gue pikir pasti medannya gila-gilaan ini kalo emang bakal sampe 8 jam di atas. Tapi apapun yang terjadi, gue harus sampai puncak!

Letter E: Seperti biasa, berangkat bareng-bareng tapi giliran di jalan pisah karena pace kami beda-beda. Sebenernya gue udah cari-cari info di awal jalur menuju ke puncak itu apa aja dan bakal seperti apa, yang gue penasaran adalah jalur Letter E itu bakal seberat apa sih kok kayaknya seru banget kalo di luaran sana ceritanya. Dan karena gue belum pernah mendaki ke Rinjani, ga ada temen buat ngobrol, karena semuanya masih jauh di belakang. Sempat barengan sama Bu Evi, tapi dianya sepertinya fit banget makanya gue yang ketinggalan. Sedangkan gue udah ngerasa ngantuk banget sampai mata berair, hidung meler, dan melewati jalur berpasir dan super nanjak dengan kemiringan 45º. Gue awal mikir, ah pasti bentar lagi udah beres jalur berpasir nanjak ini, tapi kok ga kelar-kelar dan rasanya tenaga mulai habis karena ngantuk parah, ditambah sekali nanjak tapi melorot 2 langkah, aduh! Gue sempet mikir, apa gue sanggup melewati jalur ini dengan kondisi gue seperti sekarang (Ngantuk parah, hidung meler, dantenaga terkuras habis plus ga da temen ngobrol). Akhirnya gue banyak berhenti di jalur tersebut untuk me-restore tenaga. Dan ketika gue berhenti kesekian kalinya akhirnya gue beranikan diri nanya ke abang yang gue anggep dia adalah guide karena bahasanya ngasih tahu ke bule yang ada di depannya, 

Gue: "Bang, yang namanya Letter E itu mana sih, Bang?"

Abang Guide: "Ya ini Mbak, kita lagi di Letter E!."

Gue: "Oalaaaah! Ini to Letter E yang digadang-gadang itu yang ternyata bikin lebih nyesel daripada Bukit Penyesalan."

Jujur di jalur ini gue bener-bener hampir nyerah karena alasan yang udah gue tulis di atas tadi, tapi pas gue lihat ada cerukan batu gue ngomong dalam hati "Tuhan, sampe di cerukan batu itu gue akan istirahat yang terakhir kalinya sebelum sampai di puncak meskipun seandainya puncak itu juga masih jauh." Dan sesampainya di cerukan itu gue beneran isirahat sementara untuk atur nafas dan memejamkan mata sejenak biar air matanya keluar dan biar ga perih gitu maksudnya. Dan setelah gue rasa cukup istirahat sambil menikmati matahari terbit. Setelah berhasil melewati cerukan batu itu ternyata gue lihat udah banyak orang-orang pada duduk santai, tadinya gue pikir "Mereka istirahat, tapi terlalu banyak kalo istirahat di satu tempat, apa jangan-jangan itu udah puncak?." 

Letter E dengan kemiringan 45º, Gunung Rinjani

Puncak Anjani: Dan ya, memang itu adalah Puncak Anjani. Jadi ada dua puncak yang awalanya itu adalah satu area, tapi karena gempa yang terjadi bertubi-tubi di tahun 2018 menjadikannya terbelah. Jadi, setelah gue menginjakkan kaki di puncak yang terdekat dari batu cerukan tempat gue istirahat tadi, akhirnya gue jalan sekitar semenit untuk menuju puncak yang jauh lebih rame karena pendaki yang sudah sampai duluan di puncak dan beristirahat serta menikmati puncak tertinggi di Pulau Lombok tersebut. Jadi target gue untuk sampai Puncak Anjani ini adalah jam 6 pagi, tapi ternyata telat 28 menit. So, total gue summit adalah 4 jam 48 menit. Sedangkan teman-teman yang lain ada yang jam 8 lewat baru sampai di puncak hehe

Puncak Anjani, Gunung Rinjani


Kembali ke Pelawangan: Nah! Setelah puas foto-foto di atas, gue memutuskan untuk kembali ke area kemping untuk tidur, ya, gue bener-bener pengen banget lanjut tidur! Sekalian nunggu temen-temen balik ke area kemping pasti lama dan lumayan untuk bisa memejamkan mata di tenda. 

Perjalanan ke Danau Segara Anak dan Via Torean bisa disimak di blog berikutnya ya.

Jalur-Jalur menuju ke Puncak Anjani: 

1. Pelawangan-Area kemping.

2. Punggungan-jalur landai.

3. Ketemu pohon jomlo (Pohonnya cuma sendiri gitu dan kering, jadi dinamain pohon jomlo). Ini jalur udah mulai nanjak.

4.  Batu merah

5. Letter E-Jalur berpasir dengan kemiringan 45º yang siap menguras tenaga dan menguji mental!


Dan berikut detail & biaya menuju ke Gunung Rinjani:

1. Tiket Pesawat: Harga tiket pesawat ke Lombok bervariasi, bisa cek online untuk pilihan terbaik.

2. Transportasi dari Bali: Bisa terbang atau kalo mau lebih hemat bisa naik Ferry, klik pesan online Ferizy di sini, dari Pelabuhan Padang Bai ke Pelabuhan Lembar. Biaya kalo pake mobil Rp1.184.100, kalo pake motor Rp169,400, dan kalo jalan kaki Rp65,300.

3. Paket Pendakian: Selebihnya pake tur atau open trip atau privat trip. Biaya mulai dari Rp3,500,000 per orang. Itu sudah termasuk tenda, toilet tenda, porter, makanan selama mendaki dan kemping, penginapan di Sembalun dan di Torean, jemput dan antar dari dan ke pelabuhan atau bandara. Biasanya udah termasuk biaya masuk ke area Gunung Rinjani (Pake aplikasi e-Rinjani yang bisa diakses di Android aja, iOS masih belum bisa. Karena kuota dibatasi + 500 pendaki setiap harinya), sleeping bag, dan matrass, tapi ada juga yang ga termasuk 3 itu. Jadi pastiin ke penyedia jasa tur. Open trip yang gue pake jasanya adalah Raja Rimba. Bisa mampir ke IG nya Raja Rimba kalo mau tanya-tanya langsung. Ada pilihan juga bisa ke akun IG Bang Mul di its_mull

4. Tes Kesehatan: Biaya Rp15.000 per orang.

5.  Perlengkapan: Disarankan memakai gaiter jika mengenakan sepatu yang tidak menutup mata kaki untuk menghindari masuknya pasir.


Untuk yang suka versi video, bisa mampir ke Youtube gue ya, berikut link nya:












Rabu, 28 Februari 2024

Apa Aja Syarat Untuk Bisa ke Israel?

Sebagai seorang solo traveler yang berpaspor +62 itu ga gampang untuk bisa masuk ke negara Israel. Kenapa? Ya karena negara tersebut memberlakukan screening yang super ketat. 


Karena kesempatan untuk bisa bepergian sendiri itu 99% ga akan disetujui visanya, jadi akhirnya gue bergabung dengan grup dari Gereja Tiberias Indonesia yang diorganisasi oleh Tiberias Travel. Ya, akhirnya gue melakukan wisata religi, atau ziarah bersama 45 orang. Ini grup terbesar yang gue ikutin selama berwisata. 


Jadi infonya, untuk mengajukan visa ke israel itu bisa dilakukan secara online, dan semuanya dibantu oleh Tiberias Travel tersebut, selain kita menyerahkan copy paspor, kami juga sempat ditanya nama kakek. Lha, seumur-umur gue bepergian ke negara orang yang ditanya itu adalah, paspor dengan masa berlaku lebih dari 6 bulan untuk melakukan perjalanan ke negara yang akan dituju, rekening koran 3 bulan terakhir, surat keterangan kerja, dan asuransi perjalanan. Nah, ini? Nama kakek! Ya gue pensaran kenapa nama kakek yang ditanyakan. Jadi, Israel ini kan penghuni awalnya adalah orang Yahudi, dan ada sejarah Holokaus mengenai orang-orang Yahudi di masa perang dunia ke-2, di mana sekitar 6 juta orang Yahudi dibunuh oleh Nazi. Nah, dari nama kakek, maka pemerintah Israel bisa mendeteksi apakah kami ada hubungannya dengan para Nazi tersebut. Mungkin kalo ada hubungannya maka otomatis visa ga disetujui kali, ya. Puji Tuhan visa gue dan seluruh tim di grup disetujui.


Jadi kami berangkat dari Jakarta itu menggunakan Turkish Airline yang transit di Istanbul, Turki. Perjalanan sekitar 11 jam non-stop. Kami transit sekitar kurang lebih 4 jam, sedangkan penerbangan dari Istanbul sendiri ke Tel Aviv hanya sekitar 2 jam. 


Nah, selama transit 4 jam itu bisa ngapain aja di Bandara Istanbul? Nanti gue bahas di tulisan berikutnya, ya.


Drama pertama sudah terlewati dengan lolos dari screening nama kakek. Drama berikutnya adalah, ketika akan memasuki ruang tunggu untuk melanjutkan penerbangan ke Tel Aviv, jadi posisi kami masih di Istanbul. Memang dari awal sudah diinformasikan untuk tidak membawa laptop, namun, gue ga mungkin ga bawa laptop, karena kerjaan gue bisa dilakukan di mana aja selama ada gadget dan internet. Jadi, tetep bisa bawa dengan syarat, ga ada dokumen yang nyerempet tentang teroris, dan pastikan aplikasi di laptop semuanya original. 


Gue dengan backpack yang bisa masuk kabin dan laptop ada di sana. Dan ketika di antrian masuk ruang tunggu, petugas sudah mulai random cek dengan bawaan para calon penumpang yang akan ke Israel. Jujur gue masih belum hapal dengan orang-orang yang segrup ama gue, jadi pas gue lagi antri 2 orang di belakang gue itu ternyata sama-sama bawa backpack dan mereka kena random cek, artinya backpack mereka disuruh buka untuk dicek isinya. Dan ternyata mereka bawa laptop, itu laptop bener-bener disuruh buka meskipun ada passwordnya, lah gue bengong liat itu, soalnya mereka itu bener-bener di belakang gue, dan gue nya lempeng aja ga kena random cek. Kalo dicekpun ga masalah juga, tapi ribet repack nya. Nah, intinya gue di sini lolos ga kena random cek hehe


Sesampainya kami di Bandara Ben Guiron, Israel, kami tidak langsung menuju ke konter imigrasi, namun melewati beberapa prosedur sebelum kami bisa ambil bagasi. Dari beberapa prosedur yang gue inget yang paling ribet adalah ketika kita harus scan paspor di mesin seukuran ATM, dan kalo berhasil dipindai mąka akan keluar kertas seukuran KTP yang informasinya tentang nama lengkap, nomor paspor, dan juga foto kita yang ada di paspor otomatis tercetak di kertas itu. Ini sebagai gánti stempel yang harusnya ada di paspor. Setelah itu selesai, maka pengecekan terakhir adalah petugas imigrasi yang pasti menanyakan, apa tujuan kamu mengunjungi Israel, yang jawabannya pasti udah gue siapain sebenernya. Tapi ternyata kami tdak melewati itu semua karena dibantu oleh travel di Israel yang udah bekerjasama dengan Tiberias Travel. Thank God! Padahal dari scan paspor aja, kami ber-45 yang berhasil dipindai hanya 2 orang, salah satunya Puji Tuhan, gue. Yes, semua orang termasuk pendeta yang menjadi pembimbing rohani selama perjalanan ke Tanah Suci aja ga berhasil dipindai lho. Otomatis gue dan satu temen di rombongan nungguin mereka selama hampir 2 jam. Coba kalo misal kita harus melewati petugas imigrasi lagi, yang ada seharian kami di bandara. 


Ini dia kertas seukuran KTP sebagai pengganti stempel di paspor. Ini halaman bolak-balik ya.


Apa aja yang harus disiapkan untuk dapat visa ke Israel:

  1. Usahakan bersama grup (Kalo solo traveler harus ada surat sponsor yang bisa dipertanggung jawabkan).
  2. Proses pengajuan visa secara online yang dibantu oleh travel yang kita percaya.
  3. Siapkan paspor (Usahakan yang electronic terbaru at least dari tahun 2022 ke atas).
  4. Serahkan copy paspor ke travel agent yang dipercaya.
  5. Siapkan nama kakek (Kemungkinan alasan sudah gue tulis di atas ya).
  6. Jangan pake atribut yang berbau agama apapun. Contoh: Jangan ada tulisan Jesus Tuhan dan Juruselamat ku, Muhammad idolaku, dll.
  7. Kalo bawa laptop, pastikan apliaksi di dalamnya original.
  8. Kalo bawa tongsis simpan di tas yang masuk bagasi ya.    
  9. Kalo misal harus berhenti di petugas imigrasi yang nanyain “Apa tujuanmu ke Israel?” Nah jawaban yang udah gue siapin adalah “Selain ingin melihat Holy Land, saya sering membaca Alkitab dan di sana banyak menyebutkan tempat-tempat di negara ini, maka saya ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri daripada hanya membayangkan saja.” 

Minggu, 07 Januari 2024

Pendakian Non-Stop Ke Gunung Tertinggi Ke-2 di Jawa Timur, Gunung Arjuno 3,339 MDPL



Januari 2024-Well sebenernya blog gue udah 2 tahunan gue anggurin hehe karena fokus bikin video alias YouTube. Well, ya, sekarang coba gue fokus di keduanya biar hobi nulis gue ga ilang hehe.

Ok, gue awalin dengan pendakian di masa pandemi aja ya. Tepatnya waktu itu Juni 2022, dan di mana masih banyak tempat wisata yang belum dibuka karena memang masih zaman covid-19. Tapi gue udah ga betah untuk ga kemana-mana setelah setahun lebih ga bisa atau tepatnya ga boleh kemana-mana karena memang keadaan yang ga memungkinkan. Akhirnya gue janjian ama Abang gue untuk mendaki ke gunung tertinggi di Jawa Timur, tapi ternyata selain proses izinnya yang harus dilakukan secara online yang waktu itu coba gue mau daftar tapi ternyata belum juga dibuka, akhirnya abang gue ngajakin ke gunung tertinggi kedua, yaitu Gunung Arjuna. 


Gue berangkat dari Bali nyetir menuju ke Singosari, Malang, Jawa Timur. Dari Denpasar gue start nyetir jam 5 pagi menuju ke Pelabuhan Gilimanuk, dan sampai di sana sekitar jam 8.30 an. Oh, ya, untuk Tiket ferri sekarang juga pembeliannya online ya, ini tautanya https://www.ferizy.com


Dan sesampainya di Singosari, Malang, Jawa Timur gue istirahat sehari, tepatnya waktu itu Hari Senin, dan Selasa malam kita mulai mendaki. Dări awal gue udah dipesenin ama Abang untuk siapin fisik. Iya, karena emang medannya luar biasa nanjak dan curam, meskipun gue udah terbiasa renang tapi Abang gue bilang, coba latihan kaki dulu, lari kek, jalan kek, tapi yang ada tanjakannya minimal 2 km setiap hari. Dan karena emang abang gue expert di beberapa bidang olahraga seperti renang, lari, dan sepeda, plus mendaki, ya gue ikutin arahannya. Akhirnya, 10 hari sebelum pendakian gue sempetin naik turun tangga dengan tempo sedikit lari selama 30 menit setiap harinya. Alhasil, 3 hari pertama, kaki kiri gue keseleo dan pegel ga keruan ini paha dan betis hahaha, ternyata latihan di air meskipun rajin paling ga 3.000 meter setiap minggunya tapi masih kurang. Meskipun pincang-pincang ke kantor, tapi setiap pulang kerja tetep semangat untuk latih kaki demi mencapai puncak Gunung tertinggi kedua di Jawa Timur. And Thank God, setelah Hari ke-4 rasa capek dan keselo sudah hilang jadi semakin semangat untuk latih kaki terus sampe Hari H.   


Dari Singosari, Jawa Timur, kami naik motor sampe di Kebun Teh, Wonosari, dan termasuk start poin kami yang kami mulai dări jam jam 20:15. Di sini ga ada tempat parkir inap kendaraan ya, jadi diantar sama abang gojek untuk sampai di tempat tersebut. 


Di jalur awal pendakian ini aja udah nanjaknya berasa, ditambah malam pun, jadi otomatis senter kepala langsung dipasang. Dan, jujur, gue sebagai cewek jalan kaki cukup cepas dibanding ama temen-temen cewek gue yang lain, nah pas mendaki sama abang gue plus satu temennya, jadi kami bertiga, gue, Abang dan temennya Abang cowok. Mereka ini udah biasa triatlon, nah gue jalan sama mereka banyakan mereka yang nungguin gue haha. Makasih abang dan temennya! 


Selain jalur yang cukup curam denngan ketinggian dan struktur macam anak tangga yang non stop, alang-alang tinggi, plus banyak pohon-pohon gede yang tumbang, jadi pastiin kalian pakę celana dan lengan panjang selama pendakian. Oh, ya, yang pasti kondisi badan juga harus fit ya! 


Ada 4 pos yang harus dilalui sebelum sampai di puncak. Dan sekitar jam 02:04 dini hari kami sudah di pos 4 yang dikenal dengan Gombes dan suhu di sana waktu itu 6˚celcius, hehe kebyang dinginnya kek mana ya?! Berarti total pendakian selama 6 jam non stop. Dan di pos ini kami memutuskan untuk istirahat sejenak dengan menyalakan api unggun sekalian menghangatkan diri dan memakan bekal yang kami bawa, tentunya bukan makanan utama, melainkan makanan yang dapat menambah energi seperti coklat dan selai kacang. 


Setelah merasa hangat dan energi terisi, kami lanjutkan perjalanan sampai di leher Gunung Arjuno. Dan Abang info kalo sedikit lagi udah nyampe puncak, tapi waktu itu masih jam 4 an subuh, sedangkan untuk menuju ke puncak hanya dibutuhkan setengah jam aja, dari pada nyampe atas ga bisa berlindung dari kencangnya angin, jadi Abang gue info kalo kami mending istirahat di leher Gunung Arjuno. Lumayan bisa selonjoran meskipun kedinginan haha


Dari tempat kami istirahat, guratan Matahari terbit sudan mulai terlihat dan sangat cantik sekali. Ditambah dengan siluet Gunung Semeru yang terlihat sangat gagah sekali. Jadi alhasil kami mengesampingkan rasa dingin yang luar biasa dengan mendokumentasikan keindahan alam tersebut. 


Jam 5 kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke puncak, dan jalurnya semakin ngadi-ngadi, karena semakin curam dengan ketinggian sekitar 90˚. Tapi dikelilingi dengan pohon-pohon bunga edelweiss di kanan kiri plus sunrise dan lautan awan putih yang luar biasa! Dan tepat jam 5.32 kami sampai di puncak Gunung tertinggi kedua di Jawa Timur tersebut. Di sana hanya kami bertiga, iya sama sekali hanya kami bertiga, ga ada pendaki yang lain. Total pendakian kami sampai di puncak adalah 8 jam 54 menit dan itu tanpa kemping ya. 


Sampai di puncak, kami langsung foto-foto dan sarapan. Nah! Ini yang epik, Abang gue bawa krengsengan kambing (Ampun sarapan kambing lho abang gue hahaha), gue simpel aja, bawa croissant yan gue kasih sosis, sedangkan temen Abang bawa apa coba? Dia bawa bakso gaes! Hahaha dan biar berasa hangat dia ga lupa bawa kompor biar bakso Malang nya bisa dinikmati dengan pemandangan yang tiada duanya. Wah! Totalitas banget mereka ini bawaannya hahaha


Setelah selesai sarapan, abang dan temennya langsung bersihin bebatuan di puncak yang banyak coreatannya, jadi si Abang gue ini sengaja banget bawa paint remover untuk ngilangin coreat itu gaes, iya karena abang gue udah berapa kali muncak ke sini jadi dia tau apa yang harus dibawa dan digunakan ketika sampai dipuncak. Plis ya para pendaki yang ngakunya pencinta alam, kalo emang kalian benerfan cinta alam sih harusnya ga corat coret ya. Dan selagi abang dan temennya coba bersihin cerotan di bebatuan, gue seperti biasa mungutin sampah-sampah plastik. Jadi yang kami temukan di sana selain sampah botol minuman plastik, bunkes mi instan, bunkes permen, dan juga puntung rokok! Damn! Lagi-lagi, kalian para perokok and pendaki yang lainnya, plis ya sadar sama sampah kalian, plis bawa turun lagi sampah kalian! Coba kalo kalian sadar dengan sampah masing-masing dan ga corat coret, pasti cantiknya puncak Gunung Arjuno ga ternodai. 


Well, di puncak Gunung Arjuno ini pemandangannya superb, gaes! Selain lautan awan putih yang memukau, di sisi utara ada Gunung Welirang, Gunung Penanggungan, dan juga Gunung Ringgit. Di sisi timur pas dengan terbitnya matahari terlihat dengan gagah Gunung tertinggi di Jawa Timur yaitu Semeru. 


Setelah puas istirahat, bersih-bersih dan mungutin sampah, akhirnya kami memutuskan untuk kembali turun yang kami mulai dări jam 8 pagi. Cukup perjuangan ketika kami turun, soalnya angin bener-bener seperti badai, kenceng banget! Ditambah kami bawa sampah plus Sepatu gue rusak alias jebol hahaha karena gue waktu tu pake Sepatu mall bukan untuk mendaki, alhasi juga jempol kaki gue yan gkiri langsung cantengan dan susah payah gue turun gunung. Sampe segala cara dan teknik turun gunung udah gue lakuin tapi masih aja kesakitan gue, bahkan sampe abang gue nyaranin gue untuk jalan mundur, sedangkan Abang gue ngulurin ranting pohon yang bisa gue dan Abang gue pegang. Lenayang kan, gue jalan mundur, abang gue di depan gue megangin ranting pohon yang gue pegang biar gue ga jatuh. Duh! Sabar banget Abang gue, plus temennya yang juga sama sekali ga ngeluh karena lambatnya kami turun gara-gara gue. Maafken gue Bang dan temennya! Sekarang gue udah beli sepatu yang proper untuk mendaki kok, jadi lebih siap untuk mendaki lagi di berikutnya :D


Jalur turun yang kami tempuh beda dengan jaur naik, yaitu melalui jalur pertapaan atau Jalur Gajah Mada yang lewatin Goa Sakri, Taman Kencono, Alang-Alang, dan Bukit Ratan, Candi Teleh, Desa Bon Toro atau Peternakan ayam Wonokoyo, dan berakhir di desa Bontoro, Ngenep, Karangploso. 


Dan karena kaki gue sakit gegara salah pake sepatu, perjalanan kami turun itu sekitar hampir 10 jam yang seharusnya lebih cepet dibanding kita naik. Iya, prediksi sampe bawah itu sekitar jam 1 atau paling lambat jam 3 sore, malah sampe gelap dan gue diserbu nyamuk pun. Dan, ternyata abang gue hubungin abang gue yang satunya untuk jemput gue di kaki Gunung Arjuno yang biasa dipake jalur motorcros, yes, abang gue jemput pake motorcross gaes! OMG, what an angel he was! Dan sampe di peternakan ayam Wonokoyo, isti abang gue jemput pake motor biasa, oh lala, how blessed I am to be given such an angel family! Tentunya ga lepas dari abang gue yang mendaki ama gue, jadi ternyata dia nelpon abang gue yang satunya (Yang ga ikut mendaki) untuk jempput gue pake motorcross yang pinjem ama tetangga, ya ampun! Bener-bener gue ga nyangka kalo tenryata gue punya tetangga yang punya motorcross dan abang gue yang jago bawa itu motor. Makasih abang-abang gue yang sayang ama Adeknya ini! :D Unfortunately, karena gue udah kesakitan yang berasa kayak mau putus jempol kaki kiri gue, jadi ga kepikiran untuk dokumentasiin kesengasaraan gue turun dari Gunung Arjuno. :D


Oh, ya, untuk perizinanan pendakian gunung-gunung di Jawa sekarang harus melalui online ya. Termasuk Gunung Arjuno ini juga harusnya ada izin, dan gue yakin karena masih termasuk pandemi waktu itu pasti kali resmi ga dapat izin, dan karena abang gue udah gape ama jalurnya, so, berangcut kita hehe. Love you full, Bang!


Detailnya bisa dilihat di YouTube yang udah gue unggah di atas ya. Selamat menonton! :)